Wednesday, October 10, 2018

EKOLOGI KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN SEBAGAI KRITIK SASTRA FEMINISME

EKOLOGI KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN SEBAGAI KRITIK SASTRA FEMINISME
Kiki Astrea dan Anisa Ulfah
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini  di fakuskan penemuan (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme. Data dalam penelitian ini berupa data tentang (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.  Sumber data diperoleh dari dokumentasi dan wawancara.  Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan  dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Validasi data menggunakan triangulasi, baik triangulasi teori, data, dan metode. Hasil temuan penelitian diharapkan dapat dideskripsikan meliputi: (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.
Abstract
The purpose of this research was to find out (1) the ecological effect of literary works on culture (2) the ecological effect of literary works on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literary works on ecofeminism. The data in this study are in the form of data about (1) the ecological effect of literary works on cultural ecology (2) the ecological effect of literary work on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literature on ecofeminism. Data sources are obtained from documentation and interviews. The data collection techniques are carried out with documentation and interviews. Data analysis techniques use interactive techniques. Data validation uses triangulation, both triangulation of theories, data, and methods. The findings of the study are expected to be described include: (1) The ecological effects of literary works on cultural ecology (2) The ecological effects of literary works on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literary works on ecofeminism.
Kata Kunci : EKOLOGI , KRITIK SASTRA FEMINISME, KARYA SASTRA, dan    SASTRAWAN
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah suatu bentuk tulisan yang indah dan bermanfaat bagi pembaca dan merupakan hasil kreativitas pengarang dalam mencermati realitas (Sutardi, 2011 :1-2). Pendapat lain mengatakan bahwa karya sastra tidak dapat lepas dari unsur pengarang, masyarakat, dan pembaca. Karya sastra dapat merupakan potret kehidupan masyarakat (Sariban, 2009: 7). Berkaitan dengan upaya memahami dan mengungkap hubungan pengarang dengan fakta dan realitas sosial,  imajinasi kreativitas pengarang, serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah teks karya sastra, dalam penelitian ini dipilih karya besar dari sastrawan Lamongan sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan ekologi sastra berwawasan feminism (ecofeminism). Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh pengaruh ekologi yang mempengaruhi para sastrawan Lamongan yang terdapat dalam teks sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap kebesaran pengarang yang memiliki karakter dalam kepengarangannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.   Oleh karena itu, tugas dalam penelitian sastra tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian sebaiknya mampu memberikan evaluasi terhadap karya sastra sampai proses penciptaannya. Dari sini akan muncul pula karya sastra yang bermutu dan manakah karya sastra yang “kacangan” (Endraswara, 2006:11).
 Berkaitan dengan kualitas sebuah karya sastra Luckas menegaskan persoalan yang mendasar dari karya sastra modernis adalah hilangnya totalitas. Totalitas yang hilang membuat karya sastra modernis gagal dalam menciptakan tipe atau karakter. Sastrawan besar adalah seorang pengarang yang hasil karyanya berhasil melahirkan “karakter kemanusian” yang abadi. Tipe atau karakter yang dimaksud adalah suatu bentuk figuratif yang menunjukkan kualitas esensi pemikiran yang terdalam suatu zaman. Sastrawan yang hebat adalah pengarang yang mampu menghasilkan karya keturunan Homer, yaitu sastrawan yang mampu menggambarkan dunia alamiah mereka dan membagikan kekuatan pengalaman hidup, serta evolusi masyarakat tempat pengarang itu hidup (Anwar, 2010: 54).       
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menafsirkan pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme yang ada dalam karya sastra sastrawan Lamongan terhadap pembaca serta budaya.
METODE PENELITIAN
         Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannnya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara itulah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala social yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (Content analysis). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kritik sastra feminis.
TEORI DAN PEMBAHASAN
         Karya sastra sebagai sebuah kreativitas memiliki pola-pola yang dianggap oleh masyarakat sebagai sistem. Pada kaitan ini,  Teeuw (1983:2) mengungkapkan bahwa sastra berada di antara ‘inovasi dan konvensi’. Inovasi dari karya sastra terletak pada hasil kreativitas pengarang dalam memahami realitas sebagai fenomena. Adapun konvensi terletak pada hakikat yang melekat pada karya sastra dengan adanya sistem yang melingkarinya. Seorang menulis karya sastra akan terikat pada karya-karya terduhulunya yang telah diyakini oleh masyarakat sebagai sastra sembari memunculkan beberapa inovasi-inovasi, baik pada isi maupun bentuk. Adanya pola-pola di dalam karya sastra yang menjadikan munculnya studi sastra untuk memahami secara menyeluruh dengan adanya sifat-sifat yang melekat. Cara paling mudah untuk memahami yang tergolong sastra dan bukan sastra, yakni dengan membedakan pada sisi bahasa yang digunakan. Karya sastra selalu menggunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam praktiknya, ada perbedaan antara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan di dalam karya sastra. 
           Bahasa sehari-hari lebih digunakan untuk menjalin berkomunikasi, sedangkan bahasa di dalam sastra sebagai sistem tanda yang memiliki unsur saling terikat. Manusia menggunakan bahasa dalam rutinitasnya untuk menjadikan kesamaan persepsi dengan orang lain: antara harapan, keinginan dan pengetahuan tersampaikan melalui bahasa yang digunakan berdasarkan kesepakatan kebahasaan. Bahasa di dalam sastra mewujud tidak dalam kerangka itu, melainkan sebagai tanda berdasarkan kecermatan pengarang dalam memahami gejala sosial. Bahasa di dalam sastra sengaja dibuat lebih mengharukan dan menimbulkan suasana tertentu yang disesuikan dengan makna yang akan disampaikan. Selain itu, bahasa sastra cenderung ambiguitas dan homonim, serta memunculkan asosiasi dengan sangat konotatif ( Wellek dan  Warren, 1993:15). Cara-cara ini dimaksudkan untuk mewujudkan hubungan yang berimbang antara etika dan estetika di dalam sastra sehingga sering dikatakan bahwa bahasa sastra ditulis dengan penuh kesadaran karena setiap kata yang tertera memiliki makna tersendiri. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang muncul untuk mencari persepsi yang sama, yang muncul tidak dalam kerangka kesadaran, tapi yang terpenting terwujudnya kesamaan persepsi itu sendiri.
Ekologi Sastra
       Istilah Ekologi sastra berangkat dari pemahaman istilah  Ekologi merupakan bentukan dari kata oikos dan logos. Dalam bahasa Yunani oikos berarti rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi lebih bisa dipahami sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dan lingkungan hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam, bersifat multidisipliner (Yuwana, 1:2016). Ekologi sastra dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang hubungan antara karya sastra dengan lingkungan (ecology) yang mempengaruhi karya sastra tersebut. Pengaruh sebuah lingkungan dimana pengarang itu berada adalah suata permasalahan yang wajar. Oleh karena, pengarang akan selalu dipengaruhi oleh subyek kolektif di mana pengarang itu hidup dalam suatu lingkungan. Baik lingkungan budaya, politik, system social, ekonomi dan lain sebagainnya.
Ecofeminisme
           Konstruksi pemikiran ekologi feminism berangkat dari terminology ecofeminism dimunculkan oleh francoise d’Eaubonne dalam sebuah bukunya yang berjudul (feminism dan kematian). Buku yang mengupas tentang perempuan dan  persoalan ekologi dikaiatkan secara multidimensional (Yuwana, 2016:168). Gerakan feminism dan ekologi mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan dominasi tertentu.
Feminisme lahir dengan tujuan mencari keseimbangan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan lahirnya gerakan feminisme ini, masyarakat mulai terbuka dan sadar akan kedudukan perempuan yang selama ini inferior. Gerakan feminisme barat yang diwarnai oleh tuntutan kebebasan dan persamaan hak  agar para perempuan dapat menyamai laki-laki dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kekuasaan politik. Kini telah banyak perempuan yang masuk ke dunia maskulin dan berkiprah bersama-sama laki-laki. Oleh karena itu, banyak orang awam melabel feminisme dengan negatif. Kata feminis selalu dilekatkan dengan berbagai stereotipe negatif, misalnya perempuan yang dominan, menuntut, galak, mencari masalah, berpenampilan buruk, tidak menyukai laki-laki, lesbian, perawan tua (lajang), sesat, sekuler, dan sebagainya (Fakih, 2005:74). Label negatif ini tidak hanya diberikan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan sendiri yang kurang berwawasan.
Kritik Sastra Feminisme
          Kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra dan kehidupan manusia. Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan teori feminisme dalam menginterpretasi dan memberikan evaluasi terhadap karya sastra (Wiyatmi, 2012 : 1). Menurut Endraswara (2013 :149) untuk meneliti karya sastra dari aspek feminis, peneliti perlu membaca teks sebagai wanita (reading as woman) dalam istilah Culler. Lebih jauh, konsep yang ditawarkan Culler itu pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana yang dikandungnya ialah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti dan Suharto, 2015:19). Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongan kain yang lembut. Metofora ini dapat dikenakan sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai perempuan.
HASIL PENELITIAN
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap Budaya.
Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan ekologi karya sastra terhadap budaya tampak pada karya A. Zaini dalam kumpulan Novel Mahar Cinta Berair . Menceritakan bagaimana seorang gadis merasa tidak mendapatkan keadilan cinta dengan laki-laki pujaan. Ia harus terpaksa memendam rasa cinta atas ketidakadilan persepsi perempuan di masyarakat.
“Baiklah, Bu. Saya akan memakai kemeja putih ini, tetapi ada syaratnya,” kata Royyan.
“Apapun syaratnya akan saya turuti,”Sanggup Leni.
“setelah saya memakai baju putih ini, saya harap bu Leni tidak membuka-buka lagi peristiwa yang telah lewat. Bu Leni jangan mengungkit lagi.....” (Zaini, MHCBM:106)
Begitu juga dalam kumpulan puisi sungai asal karya Pringgo HR. Yang berjudul Wanita, dalam puisi ini mendiskripsikan bagaimana sebenarnya perempuan perkasa itu, pengaruh nilai budaya Jawa, Ajaran Agama, dan roman klasik sebagi daya ungkap oleh penulis.
“ Apa yang harus kukata tentang wanita
Kecuali hawa, hajjar, masyitoh, khotijah, aisyah,
Fatimah, rabiah, cleopatra
Madam curie, kartini,
Fatmawati yang menjahit bendera
Atau ibu dan istri yang menjahit harihariku” (Pringgo HR. SA.:44)
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme.
Teks sastra yang memengaruhi kritik sastra feminisme tertuang pada puisi karya Pringggo HR (46:2007) yang berjudul Elisa, dalam teks ini wanita digambarkan sebagai mahluk yang lemah yang harus dijagai lelakinya serta disajikan apa yang menjadi keinginannya. Dalam kehidupan nyata, wanita memiliki postur yang lebih kecil daripada seorang laki laki, namun dalam segi prestasi serta menjaga diri tidak bisa dipandang sebelah mata lagi.
Elisa
Yang kujagai di setiap tidurku
Aku bergelantung pada gegaring ranting
Untuk kuldi yang kau mita
Meski aku sadar,
Kita akan terusir dari tempat ini
Adat tak memboleh memetik bahkan memakannya
Itu buah keramat
Seperti adam
 Luka pertama
Tapi kesetiaan yang tak pernah sia sia
Kepada hawa
Elisa, kutukan yang membuat kita terbuang
Telanjang
Kita tutupi dengan lembar daun kering
Yang rontok dari sisa kecupan angin
Di kemarau ini
Tak usah sesal menubi rasamu
nikmati saja seperti jarum waktu yang berdetak
perlahan memutar hari hari
merasai setiap pori pori keringat
cintakasih
dan membikininya abadi
 luka pertama
  mereka
karena kesetiaan kita yang tak pernah sia sia
(sukodadi, 20 feb 2005)
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.
Teks sastra yang menunjukkan pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme tertuang dalam novel (dazedlove-Rodli, 29:2006). Dalam teks ini menunjukkan bahwa cewek (wanita remaja) akan berbaik hati itu tandanya sudah terperangkap pada sikap romantis seorang laki-laki. Yang artinya si cewek sudah mulai jatuh cinta. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan nyata, yaitu seorang wanita yang sedang jatuh cinta akan bersikap baik kepada orang yang dicintainya.
“im sorry, lupa aku. Aku tadi malam capek ketiduran gak sempat buat telur mata kerbau. Juga gara-gara aku ingat apa yang kamu ungkap. Cewek yang sedang berbaik hati pada kamu itu tandanya sudah masuk dalam perangkat romantisnya kamu”
“mati aku, bisa bisa aku di plonco sama panitia. Ah, Hima jangan bergurau!”
“bukankah yang kamu ungkapkan tadi malam itu serius? Aku juga serius dong biar balance. Kan kasihan kalau Rota bersikap srius kemudian aku tanggapi dengan main-main, ya kan?”
Teks lain juga muncul dalam karya sastra karya (Sariban, PT;3). Teks tersebut menggambarkan seorang wanita yang suka memakai perhiasan untuk memamerkannya kepada orang lain. Selain digambarkan didalam teks sastra, fenomena ini juga muncul dalam kehidupan sehari-hari.
“Mungkin juga karena lantaran leher sang istri itu menyebabkan ptak istri kepala desa berpikir keruh. Apalagi didukung pemandangan saat arisan dikecamatan. Hampir semua istri kepala desa menyelipkan emas disekujur tubuhnya....”
SIMPULAN
Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Lamongan  yang bermuatan ecofeminism dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme. Temuan  tersebut muncul dikarenakan tema-tema karya sastra yang ditulis sastrawan Lamongan syarat memberikan pengaruh penulis terhadap penggolongan ecofemenism.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. Oxford: Oxford University Press.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmaji.2007: Sungai Asal (antologi sajak). Pustaka Pujangga; Lamongan
Murtadho, Rodhi.2004. Kembang Sepatu. (antologi cerpen). Pustaka Ilalang. Lamongan
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______________. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodli, TL. 2006. Dazedlove (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan
Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendikia.
Sariban, 2001. Parade Topeng (Antologi Cerpen). FKIP Unisda Lamongan
Sugihastuti dan Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Aplikasi, dan Pembelajarannya. Lamongan: Pustaka Ilalang.
Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak
Wardani, Nugraheni Eko. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.
Yuwana Sudikan, Setya. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana
Yuwana Sudikan, Setya. 2016. Ekologi Sastra. Surabaya:Pustaka Ilalang.
Zaini. A. 2015. Mahar Cinta Berair Mata (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan

Wednesday, October 3, 2018

Tuesday, October 2, 2018

(similariti) Literacy Local wisdom










( similariti) mitos masyarakat Jawa




















ANALISIS EKOLOGI BERWAWASAN GENDER (ECOFEMINISM) DALAM KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN


ANALISIS EKOLOGI BERWAWASAN GENDER (ECOFEMINISM) DALAM KARYA SASTRA  PARA  SASTRAWAN LAMONGAN

Kiki Astrea dan Anisa Ulfah

Universitas Islam Darul Ulum Lamongan



Abstrak

Tujuan dari penelitian ini  di fakuskan penemuan (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism. Data dalam penelitian ini berupa data tentang (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism .  Sumber data diperoleh dari dokumentasi dan wawancara.  Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan  dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Validasi data menggunakan triangulasi, baik triangulasi teori, data, dan metode. Hasil temuan penelitian diharapkan dapat dideskripsikan meliputi: (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra para sastrawan di Lamongan.



Abstract



The purpose of this study was to determine the findings of (1) the influence of political ecological values ​​(2) the influence of cultural ecological values ​​(3) the influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism heritage. The data in this study are data about (1) the influence of political ecological values ​​(2) The influence of cultural ecological values ​​(3) The influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism heritage. Data sources are obtained from documentation and interviews. The data collection techniques are carried out with documentation and interviews. Data analysis techniques use interactive techniques. Data validation uses triangulation, both triangulation of theories, data, and methods. The research findings are expected to be described include: (1) the influence of political ecological values ​​(2) The influence of cultural ecological values ​​(3) The influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism inheritance in literary texts the writers in Lamongan.



Kata Kunci : EKOLOGI , GENDER (ECOFEMINISM), KARYA SASTRA, dan    SASTRAWAN

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah suatu bentuk tulisan yang indah dan bermanfaat bagi pembaca dan merupakan hasil kreativitas pengarang dalam mencermati realitas (Sutardi, 2011 :1-2). Karya sastra tidak dapat lepas dari unsur pengarang, masyarakat, dan pembaca. Karya sastra dapat merupakan potret kehidupan masyarakat (Sariban, 2009: 7). Berkaitan dengan upaya memahami dan mengungkap hubungan pengarang dengan fakta dan realitas sosial,  imajinasi kreativitas pengarang, serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah teks karya sastra, dalam penelitian ini dipilih karya besar dari sastrawan Lamongan sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan ekologi sastra berwawasan feminism (ecofeminism). Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh pengaruh ekologi yang mempengaruhi para sastrawan Lamongan yang terdapat dalam teks sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap kebesaran pengarang yang memiliki karakter dalam kepengarangannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.   Oleh karena itu, tugas dalam penelitian sastra tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian sebaiknya mampu memberikan evaluasi terhadap karya sastra sampai proses penciptaannya. Dari sini akan muncul pula karya sastra yang bermutu dan manakah karya sastra yang “kacangan” (Endraswara, 2006:11).

 Berkaitan dengan kualitas sebuah karya sastra Luckas menegaskan persoalan yang mendasar dari karya sastra modernis adalah hilangnya totalitas. Totalitas yang hilang membuat karya sastra modernis gagal dalam menciptakan tipe atau karakter. Sastrawan besar adalah seorang pengarang yang hasil karyanya berhasil melahirkan “karakter kemanusian” yang abadi. Tipe atau karakter yang dimaksud adalah suatu bentuk figuratif yang menunjukkan kualitas esensi pemikiran yang terdalam suatu zaman. Sastrawan yang hebat adalah pengarang yang mampu menghasilkan karya keturunan Homer, yaitu sastrawan yang mampu menggambarkan dunia alamiah mereka dan membagikan kekuatan pengalaman hidup, serta evolusi masyarakat tempat pengarang itu hidup (Anwar, 2010: 54).        

Oleh karena itu,  dalam penelitian ini tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian ini harus mampu memberikan gambaran pengaruh-pengaruh  ecofeminism yang diungkap dari karya sastra para sastrawan Lamongan.



METODE PENELITIAN

         Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannnya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara itulah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala social yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi(Content analysis). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kritik sastra feminis.

TEORI DAN PEMBAHASAN

         Karya sastra sebagai sebuah kreativitas memiliki pola-pola yang dianggap oleh masyarakat sebagai sistem. Pada kaitan ini,  Teeuw (1983:2) mengungkapkan bahwa sastra berada di antara ‘inovasi dan konvensi’. Inovasi dari karya sastra terletak pada hasil kreativitas pengarang dalam memahami realitas sebagai fenomena. Adapun konvensi terletak pada hakikat yang melekat pada karya sastra dengan adanya sistem yang melingkarinya. Seorang menulis karya sastra akan terikat pada karya-karya terduhulunya yang telah diyakini oleh masyarakat sebagai sastra sembari memunculkan beberapa inovasi-inovasi, baik pada isi maupun bentuk. Adanya pola-pola di dalam karya sastra yang menjadikan munculnya studi sastra untuk memahami secara menyeluruh dengan adanya sifat-sifat yang melekat. Cara paling mudah untuk memahami yang tergolong sastra dan bukan sastra, yakni dengan membedakan pada sisi bahasa yang digunakan. Karya sastra selalu menggunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam praktiknya, ada perbedaan antara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan di dalam karya sastra. 

           Bahasa sehari-hari lebih digunakan untuk menjalin berkomunikasi, sedangkan bahasa di dalam sastra sebagai sistem tanda yang memiliki unsur saling terikat. Manusia menggunakan bahasa dalam rutinitasnya untuk menjadikan kesamaan persepsi dengan orang lain: antara harapan, keinginan dan pengetahuan tersampaikan melalui bahasa yang digunakan berdasarkan kesepakatan kebahasaan. Bahasa di dalam sastra mewujud tidak dalam kerangka itu, melainkan sebagai tanda berdasarkan kecermatan pengarang dalam memahami gejala sosial. Bahasa di dalam sastra sengaja dibuat lebih mengharukan dan menimbulkan suasana tertentu yang disesuikan dengan makna yang akan disampaikan. Selain itu, bahasa sastra cenderung ambiguitas dan homonim, serta memunculkan asosiasi dengan sangat konotatif ( Wellek dan  Warren, 1993:15). Cara-cara ini dimaksudkan untuk mewujudkan hubungan yang berimbang antara etika dan estetika di dalam sastra sehingga sering dikatakan bahwa bahasa sastra ditulis dengan penuh kesadaran karena setiap kata yang tertera memiliki makna tersendiri. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang muncul untuk mencari persepsi yang sama, yang muncul tidak dalam kerangka kesadaran, tapi yang terpenting terwujudnya kesamaan persepsi itu sendiri.

  1. Ekologi Sastra

       Istilah Ekologi sastra berangkat dari pemahaman istilah  Ekologi merupakan bentukan dari kata oikos dan logos. Dalam bahasa Yunani oikos berarti rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi lebih bisa dipahami sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dan lingkungan hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam, bersifat multidisipliner (Yuwana, 1:2016). Ekologi sastra dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang hubungan antara karya sastra dengan lingkungan (ecology) yang mempengaruhi karya sastra tersebut. Pengaruh sebuah lingkungan dimana pengarang itu berada adalah suata permasalahan yang wajar. Oleh karena, pengarang akan selalu dipengaruhi oleh subyek kolektif di mana pengarang itu hidup dalam suatu lingkungan. Baik lingkungan budaya, politik, system social, ekonomi dan lain sebagainnya.

B.     Ecofeminisme

           Konstruksi pemikiran ekologi feminism berangkat dari terminology ecofeminism dimunculkan oleh francoise d’Eaubonne dalam sebuah bukunya yang berjudul (feminism dan kematian). Buku yang mengupas tentang perempuan dan  persoalan ekologi dikaiatkan secara multidimensional (Yuwana, 2016:168). Gerakan feminism dan ekologi mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan dominasi tertentu.

Feminisme lahir dengan tujuan mencari keseimbangan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan lahirnya gerakan feminisme ini, masyarakat mulai terbuka dan sadar akan kedudukan perempuan yang selama ini inferior. Gerakan feminisme barat yang diwarnai oleh tuntutan kebebasan dan persamaan hak  agar para perempuan dapat menyamai laki-laki dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kekuasaan politik. Kini telah banyak perempuan yang masuk ke dunia maskulin dan berkiprah bersama-sama laki-laki. Oleh karena itu, banyak orang awam melabel feminisme dengan negatif. Kata feminis selalu dilekatkan dengan berbagai stereotipe negatif, misalnya perempuan yang dominan, menuntut, galak, mencari masalah, berpenampilan buruk, tidak menyukai laki-laki, lesbian, perawan tua (lajang), sesat, sekuler, dan sebagainya (Fakih, 2005:74). Label negatif ini tidak hanya diberikan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan sendiri yang kurang berwawasan.

  1. Kritik Sastra Feminisme

          Kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra dan kehidupan manusia. Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan teori feminisme dalam menginterpretasi dan memberikan evaluasi terhadap karya sastra (Wiyatmi, 2012 : 1). Menurut Endraswara (2013 :149) untuk meneliti karya sastra dari aspek feminis, peneliti perlu membaca teks sebagai wanita (reading as woman) dalam istilah Culler. Lebih jauh, konsep yang ditawarkan Culler itu pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana yang dikandungnya ialah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti dan Suharto, 2015:19). Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongan kain yang lembut. Metofora ini dapat dikenakan sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai perempuan.



HASIL PENELITIAN

A.    Pengaruh nilai-nilai ekologi politik dalam teks Sastra

Pengaruh nilai Politik dalam ekologi sastra feminim di Lamongan, kita Jumpai dalam Novel Karya Rodli TL, karya tersebut berseting pada tahun 1998 pada masa pergolokan politik di tanah air, pada masa pergantian rezim orde baru ke orde reformasi. Novel ini cukup representatip dalam menggambarkan seorang tokoh perempuan yang sedang menggambarkan nilai-nilai hidup perempuan yang pemberani dan memiliki sikap integritas yang tinggi. Sikap dalam memahami dunia pergerakan di kampus antara idealisme dan realitas yang dialami sesungguhnya dalam sosial , politik dan kemasyarakatan.

“ negara kita memang benar-benar bermartabat rendah. Bayangkan, aksinya kami adalah aksi damai yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan harus dibenturkan dengan preman jalanan. Ini negara apa? Pemerintah busuk” (Rodli, Dazedlove:83)

B.     Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya  dalam Teks sastra

Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi Budaya, tampak pada karya A. Zaini dalam kumpulan Novel Mahar Cinta Berair . Menceritakan bagaimana seorang gadis merasa tidak mendapatkan keadilan cinta dengan laki-laki pujaan. Ia harus terpaksa memendam rasa cinta atas ketidakadilan persepsi perempuan di masyarakat.

“Baiklah, Bu. Saya akan memakai kemeja putih ini, tetapi ada syaratnya,” kata Royyan.

“Apapun sayaratnya akan saya turuti,”Sanggup Leni.

“setelah saya memakai baju putih ini, saya harap bu Leni tidak membuka-buka lagi peristiwa yang telah lewat. Bu Leni jangan mengungkit lagi.....” (Zaini, MHCBM:106)

Begitu juga dalam kumpulan puisi sungai asal karya Pringgo HR. Yang berjudul Wanita, dalam puisi ini mendiskripsikan bagaimana sebenarnya perempuan perkasa itu, pengaruh nilai budaya Jawa, Ajaran Agama, dan roman klasik sebagi daya ungkap oleh penulis.

“ Apa yang harus kukata tentang wanita

Kecuali hawa, hajjar, masyitoh, khotijah, aisyah,

Fatimah, rabiah, cleopatra

Madam curie, kartini,

Fatmawati yang menjahit bendera

Atau ibu dan istri yang menjahit harihariku” (Pringgo HR. SA.:44)

C.    Pengaruh nilai-nilai ekologi sosial dalam teks sastra

        Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi sosial tampak pada karya Rodli Murtadlo, dalam kumpulan cerpen Kembang Sepatu. Pada cerpen yang berjudul perempuankah Aku, Menceritakan bagaimana seorang perempuan yang menyangsikan keperempuannya. Nilai-nilai sosial dan etika dimasyarakat membuat sang tokoh mencari jati diri yang sebenarnya. Kodrat keperempuannya dan naluri kelakiannya menjadi peristiwa yang selalu menempatkan sang tokoh dalam pertanyaan besar akan takdir hidupnya, dan anggapan-anggapan masyarakat terhdap dirinya. Seperti dalam kutipan cerpen berikut ini.

      “ Perempuankah aku? Sementara aku sendiri berpikir, aku bukan perempuan. Mungkin aku seharusnya dilahirkan sebagai laki-laki. Namun alat kelamin laki-laki yang seharusnya kumiliki tertinggal di rahim ibu saat melahirkanku. Perutku tergores pisau bidan saat persalinan ibu. Membentuk tubuh bagian bawah seperti perempuan....”(Rodhi M,KS:1)

D.    Pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra

       Teks sastra yang menunjukkan pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialisme dapat ditemukan dalam antologi Cerpen, Parade Tapeng karya Cak Sariban. Dua judul yang menonjol keterpengaruhan akan warisan kolonial adalah pada cerpen dengan judul Tubuh Nihil dan Abortus. Tubuh Nihil menceritakan seoarang tokoh Bandit (sebagai tokoh abdsurd) pemimpin yang kuat dan kolot. Semua kebijakannya harus terlaksana, warisan budaya memimpin kolonial masih lekat pada gaya kepemimpinannya. Namun, Tiba-tiba dia dihadapkan pada puncak kebimbangan sebagai kepala, melihat rakyatnya bahkan keluarganya sendiri. Istrinya pun menentang segala kebijakannya, bahkan juga anaknya.

“Mungkin juga karena lantaran leher sang istri itu menyebabkan ptak istri kepala desa berpikir keruh. Apalagi didukung pemandangan saat arisan dikecamatan. Hampir semua istri kepala desa menyelipkan emas disekujur tubuhnya....” (Sariban, PT;3).

Pengaruh lingkungan kolonial yang menempatkan ketidakadilan gender, tampak pada cerpen yang berjudul Abortus. Cerpen ini menceritakan seorang pemimipin yang semena -mena terhadap perempuan. Raden sentanu yang membujuk perempuan untuk ditiduri dan tidak mau menikahi setelah Bawok hamil.

“Ibu cukup menggerakkan kepalanya ke depan satu kali “ Toh kalau kita tidak kawin, lalu siapa anak bayi dalam kandungan ini to Raden,”

“Secepat kilat mata Raden Sentanu marah menyala . Darah kepalanya mengalir keras. Napasnya ngos-ngosan, Edan “ (Sariban PT:132).



SIMPULAN

Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Lamongan  yang bermuatan ecofeminism dapat diklasifikasika ke dalam empat jenis,  Pengaruh nilai-nilai ekologi politik dalam teks Sastra,      Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya  dalam Teks sastra, . Pengaruh nilai-nilai ekologi social dalam teks sastra, dan  pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra.

Temuan  tersebut muncul dikarenakan tema-tema karya sastra yang ditulis sastrawan Lamongan syarat memberikan pengaruh penulis terhadap penggolongan ecofemenism.



DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. Oxford: Oxford University Press.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harmaji.2007: Sungai Asal (antologi sajak). Pustaka Pujangga; Lamongan

Murtadho, Rodhi.2004. Kembang Sepatu. (antologi cerpen). Pustaka Ilalang. Lamongan



Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rodli, TL. 2006. Dazedlove (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan

Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendikia.

Sariban, 2001. Parade Topeng (Antologi Cerpen). FKIP Unisda Lamongan

Sugihastuti dan Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Aplikasi, dan Pembelajarannya. Lamongan: Pustaka Ilalang.

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak

Wardani, Nugraheni Eko. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.

Yuwana Sudikan, Setya. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana

Yuwana Sudikan, Setya. 2016. Ekologi Sastra. Surabaya:Pustaka Ilalang.

Zaini. A. 2015. Mahar Cinta Berair Mata (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan






(similariti) MITOS MASYARAKAT JAWA DALAM NOVEL CENTHINI: 40 MALAM MENGINTIP SANG PENGANTIN (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA)

Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 12%
Date: Monday, October 01, 2018
Statistics: 287 words Plagiarized / 2388 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
MITOS MASYARAKAT JAWA DALAM NOVEL CENTHINI: 40 MALAM MENGINTIP SANG
PENGANTIN (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA) Kiki Astrea Universitas Islam Darul Ulum
Lamongan boavidies@yahoo.com. 085646844141. Abstrak: Antropologi sastra
merupakan studi mengenai karya sastra dengan relevansi manusia. Dalam hal ini
antropologi membahas mitos yang berkembang dalam diri manusia.Mitos merupakan
suatu cerita yang sejenis dengan dongeng.
Analisis mitos dalam novel Centhini:40 malam mengintip sang pengantin mencoba
menemukan mitos yang berkembang di dalam tubuh masyarakat Jawa. Seperti mitos
pernikahan, membangun rumah sampai mitos yang berhubungan dengan agama. Hasil
analisis data memiliki makna mitos yang sesuai dengan antropologi sastra. Salah satu
contoh analisis data, yaitu mitos nasib manusia ditentukan berdasarkan keturunan,
bermakna bahwa nasib seseorang sesuai dengan keturunan, jika orang tuanya adalah
raja maka dia nakan menjadi raja, jika orang tuanya adalah budak maka dia akan
menjadi budak.
Kata kunci: mitos, masyarakat Jawa, Centini Abstract: Literary anthropology is the study
of literature with human relevance.In this case anthropology discusses the myths that
developed in human beings.Myth is a similar story with a fairy tale.Analysis of myths in
the novel Centhini: 40 nights trying to find a peek at the bride myths that developed in
the body of the Java community.Like the myth of the marriage, building a house until
the myths associated with religion.The analysis of data has a corresponding meaning to
the myth of literary anthropology.One conth data analysis, namely the myth of human
destiny is determined by heredity, meaning that the fate of a person in accordance with
the offspring, if the parents are kings and will he became king, if his parents were slaves
then he will be a slave.
Keyword: mythe, Java community, Centini PENDAHULUAN Mitos adalah cerita rakyat
yang termasuk foklor lisan dan penyebarannya dari mulut ke telinga ke mulut, berupa
pesta-pesta rakyat, upacara-upacara, adat kebiasaan ataupun takhayul.Sampai saat ini
hampir seluruh masyarakat Jawa mengenal hal-hal tersebut dan masih melaksanakan
kegiatan-kegiatan itu, ada yang melaksanakan karena sudah tradisi ada pula yang
melaksanakan karena mengetahui arti dari adat tersebut (Hutomo, 1991:8). Baik mitos
maupun mite, sebagai ilmu pengetahuan yang disebut mitologi (Ratna, 2011:210).
Batasan mitologi sebagai pengetahuan mengenai dunia mite atau tokoh-tokoh mite,
seperti mitologi jawa, mitologi india, mitologi yunani. Selanjutnya, mite dikatakan
sebagai cerita asal-usul dan cerita dewa-dewa yang dapat diyakini sebagai sesuatu yang
benar (Zaidan, 1997:17). Mite sebagai sebuah dongeng yang berisi cerita dewadewi
telah diteliti sebagai salah satu karya seni yang dianggap nyata dan benar-benar pernah
terjadi dalam dunia, walaupun sebenarnya mite merupaan khayalan manusia.
Pemilihan kajian mitos, karena mitos merupakan mitologi Jawa yang dianggap tabu da
tidak benar, namun seiring berjalannya waktu mitos dianggap sejenis kebenaran. Artinya
mitos tidak selamanya suatu kebohongan. Kebenaran itu dilakukan dengan cara
ritual-ritual yang dilakukan masyarakat Jawa. Demikian juga pemilihan masyarakat Jawa
sebagai subjek mitos, karena mitos lebih dikenal oleh masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa
dikenal masih kental dengan adat-istiadat.
Adat-istiadat masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa, karena mereka masih sangat
kental akan budaya warisan nenek moyang, novel Centhini:40 Malam Mengintip sang
Pengantin termasuk karya yang banyak menggambarkan mitos Jawa. Novel ini bercerita
tentang masyarakat Jawa dengan pembagian golongan. Masyarakat Jawa dipilih sebagai
objek penelitian karena terdapat mitos-mitos yang menarik, yang berhubungan dengan
kebudayaan Jawa yang berasal dari nenek moyang.
Bukan karena masyarakat Jawa kental akan budaya dan mitos. Karena mitos bukanlah
suatu fenomena yang berkenaa dengan budaya saja, tetapi juga berhubungan dengan
hukum, sosial, ilmiah dan alamiah yang terbentuk dari hubungan masyarakat dan
kebiasaan yang tanpa disadarinya membentuk mitos. Mitos yang terjadi karena budaya
terdapat dalam novel Centhini:40 Malam Mengintip Sang Pengatin.
METODE Penelitian ini berupa kualitatif yang tidak menggunakan hitungan angka atau
rumus statistik. Penelitian ini menggunakan kajian antropolgi sastra dengan teori
strukturalisme Levi-Strauss dan teori mitos, metode analisis deskriptif analitik dan
strukturalis hermeneutik secara kualitatif, dengan teknik analisis menguraikan,
mengklasifikaskan, dan menabelkan.
Sumber data penelitian ini adalah novel Centhini:40 Malam Mengintip Sang Pengantin
karya Sunardian Wirodono. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertama dengan menentukan objek data dalam novel. Kedua yang
dilakukan dalam mengumpulkan data, yaitu dengan identifikasi. Selanjutnya menyeleksi
data yang telah digaris bawahi yang dianggap lebih relevan.
Terakhir yang harus dilakukan dalam mengumpulkan data adalah dengan
mengklasifikasikan data yang dikumpulkan dalam bentuk kalimat atau paragraf untuk
kemudian dilakukan analisis deskriptif analitik dan hermeneutika dengan
interpretasipeneliti. HASIL PENELITIAN Amongraga sebagai “priyayi kaya” dan “santri”,
Tambangraras “priyayi kaya” dan “santri”, dan satu yang berbeda, yaitu Centhini “priyayi
miskin”mdan “santri”.
Berikut dalah “sejarah kehidupan” tokoh Amongraga, Novel (CMMSP) adalah
karyamsastra yang banyak menggambarkan mitos budaya Jawa baik dalam bentuk
tindakan maupun ucapan yang sering muncul dalam kehidupan masyarakat Jawa. Sesuai
dengan kebudayaan Jawa yang masih mengikuti nilai-nilai, adatistiadat dan
norma-norma kemasyarakatan seperti, makanan, ceritacerita, permainan dan acara.
Mitos masyarakat Jawa merupakan hal yang dijadikan pedoman kehidupan mereka,
mitos-mitos tersebut memiliki makna yang dipercaya kebenarannya oleh pelaku mitos.
Seperti halnya karya sastra lainnya, mitos dalam kajian antropologi sastra juga
merupakan karya sastra yang harus diapresiasi dan dicari serta diketahui maknanya.
Karena sebuah karya sastra merupakan hasil tangan manusia kreatif untuk diri sendiri
maupun orang lain yang dibentuk berdasarkan inspirasi.
Inspirasi itulah yang merupakan makna karya sastra yang diciptakan oleh manusia.
Nasib manusia ditentukan berdasarkan keturunan.Misalnya jika orang tuanya seorang
raja maka putrinya akan menjadi puteri.Orang tuanya seorang pembantu maka putrinya
akan menjadi pembantu. Makna sebenarnya bahwa nasib sesuai dengan keturunan
memang benar adanya, namun semua itu tergantung pada masing-masing individu.
Jika anak raja dan kerajaannya hancur, maka pasti dia akan menjadi rakyat biasa
walaupun kerajaan itu dihancurkan olehnya ataupun oleh orang lain. Sebaliknya, jika
putri pembantu memiliki kegigihan yang kuat dalam mengejar cita-cita, maka dia bisa
menjadi ratu dunia dengan usahanya melawan nasib dari orang tuanya. Karena nasib
seseorang tidak akan berubah kecuali dia sendiri yang merubahnya.
Pandangan hidup masyarakat Jawa terhadap mitos-mitos Jawa tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan bermasyarakat. Mitos dijadikan landasan dan pedoman kehidupan
masyarakat Jawa.Setiap kegiatan mereka tidak lepas dari mitos yang melekat dalam diri
manusia. Seperti Nasib manusia ditentukan berdasarkan keturunan. Misalnya, jika orang
tuanya adalah seorang raja, maka putrinya akan menjadi seorang putri.
Dan, jika orang tuanya seorang pembantu, maka putrinya akan menjadi pembantu.Mitos
ini tidak dianggap sebagai sebuah mitos belaka, melainkan sudah menjadi kebenaran
bagi masyarakat jawa. Perempuan yang sudah cukup umur tetapi pemilih, akan menjadi
perawan tua. Pengantin baru harus dijaga sampai 40 malam.
Bulan maulid adalah bulan yang baik untuk malaksanakan hajatan Upacara unduh
pengantin dilakukan sampai sebelum sepasaran pernikahan dan dihiasi janur kuning,
gamelan, makanan, shalawatan, dan jodangan. Ritual-ritual tersebut dilakkukan
masyarakat Jawa dengan penuh perhitungan matang, setiap acara bagi mereka ada
ritual-ritual tertentu untuk keberkahan hidup.
Memakan makanan, meminum minuman bekas orang yang berilmu tinggi dan berjabat
tangan dengannya akan mendapat keberkahan dan rizki yang berlimpah. Rumah baru
pengantin baru sebelum ditinggali harus ditutupi dengan kain berwarna putih. Syekh
Amongraga (orang yang berilmu tinggi) setelah datang ke desa Wanamarta, desa ini
menjadi hidup, tidak ada orang yang berjudi dan suara adzan terdengar
bersahut-sahutan di setiap masjid. Mitos kelahiran dan kematian.
Mitos-mitos tersebut menjadi landasan hidup Masyarakat Jawa, setiap ritual
dilaksanakan dengan penuh kepercayaan dan keikhlasan, bahwa orang yang memiliki
kedudukan tinggi dalam suatu masyarakat, mereka yang diagungkan dan dimuliakan.
Warga akan berbondong-bondong mendatangi orang yang dimuliakan dalam desa
hanya untuk melihat, memeriahkan bahkan mencari rejeki dan barokah dari mereka
yang berilmu tinggi, karena orang yang dimuliakan pastilah orang yang berilmu tinggi
dan alim. Kelahiran adalah awal kehidupan manusia.
Dalam masyarakat Jawa, kelahiran seorang anak akan dirayakan dengan meriah.
Ritual-ritual kelahiran dilakukan, dengan menyajikan aneka makanan serta doa yang
diharapkan akan memberi kesehatan, kebahagiaan, kemuliaan dan keberkahan bagi
manusia baru. Sedangkan kematian bukanlah akhir dari hidup, melainkan awal dari
kehidupan kekal dengan mempertanggungjawabkan amal yang dilakukan ketika dia
hidup.
LANDASAN TEORI Antropologi sastra adalah analisis dan pemahaman terhadap karya
sastra dalam kaitannya dengan kebudayaan. Dalam perkembangan berikut definisi
tersebut dilanjutkan dengan pemahaman dalam perspektif kebudayaan yang lebih luas.
Perkembangan yang dimaksudkan juga mengikuti perkembangan sosiologi sastra yang
semula hanya berkaitan dengan masyarakat yang ada dalam karya sastra kemudian
meluas pada masyarakat sebagai latar belakang penciptaan sekaligus penerimaan.
Karya sastra dengan demikian bukan refleksi, bukan semata-mata memantulkan
kenyataan, melainkan merefraksikan, membelokkannya sehingga berhasil mengevokasi
keberagaman budaya secara lebih bermakna. Dalam hubungan ini akan terjadi proses
timbal balik, keseimbangan yang dinamis antara kekuatan aspek sastra dengan
antropologi itu sendiri.
Bahkan, dalam analisis yang baik, seolah-olah tidak bisa dikenali lagi apakah yang
dibicarakan termasuk sastra atau antropologi (Ratna, 2011:31). Herman (dalam Rohmadi,
2011:23) Budaya dalam sastra jawa adalah budaya dan sastra yang sudah berusia sangat
tua dan memiliki nilai-nilai luhur dan nilai-nilai abadi.Adat-istiadat masyarakat dan
sopan santun pergaulan juga merupakan nilai tinggi yang sudah teruji oleh zaman.
Adat-adat tersebut sudah diabadikan dalam tembang-tembang, tarian-tarian, dolanan
dan kitab-kitab lama yang tinggi nilai budayanya. Kebudayaan berarti keseluruhan
tindakan manusia dalam kehidupan baik yang secara naluri, refleks dan tindakan
alamiah yang dimilikinya secara dasar adalah suatu kebudayaan yang dilakukan dengan
sopan santun dan sesuai dengan nilai-nilai agama, kitab-kitab, adat-adat dan budi luhur
manusia.
Heddy (2012:181) istilah mitos, mite atau dongeng biasanya mengingatkan kita pada
suatu kisah atau ceritera yang aneh, janggal atau lucu, dan umumnya sulit dimengerti
maknanya, tidak dapat diterima kebenarannya, atau tidak perlu ditanggapi secara serius
isinya. Kisah tersebut umumnya dianggap sebagai hasil khayalan iseng saja, karena
isinya kebanyakan tidak sesuai dengan kenyataan sehari-hari.
Meskipun demikian, karena sifatnya ini pula mitos seringkali dipandang sebagai suatu
yang suci, wingit atau bertuah dan tidak semua orang dapat dan boleh mengetahuinya.
Mitos ini kemudian dapat juga digunakan sebagai alat kebenaran atau sumber
kebenaran dari suatu peristiwa atau kejadian tertentu, dan menjadi alat legitimasi
kekuasaan pihakpihak tertentu. PEMBAHASAN Budaya Jawa mengenal struktur dalam
masyarakat, yaitu priyayi, satri dan abangan.
Dua dari tiga struktur tersebut terdapat pada tokoh-tokoh dalam Centhini, Amongraga
dan Tambangraras. Amongraga dan Tambangraras tokoh tersebut termasuk dalam
masyarakat priyayi kaya dan santri. Sedangkan Centhini termasuk priyayi miskin dan
santri. Amongraga dan priyayi kaya dan santri, karena dia berasal dari keluarga
kesunanan giri Surabaya, namun kesunanannya telah runtuh karena serangan Mataram
sehingga Amongraga beserta dua saudaranya melarikan diri dan berpisah di perjalanan.
Amongraga akhirnya terdampar di Wanamarta, dia ditawari oleh gurunya untuk
menikah dengan putri pembesar Wanamarta. Akhirnya Amongraga memutuskan untuk
menikah dengan Tambangraras demi mencapai tujuan untuk mencari kedua adiknya
yang menghilang dan sembunyi dari kejaran Mataram. “dan sekarang, Mataram hendak
kita biarkan menyerang! Tidak!” Sunan Giri berkata lantang,” “kita akan pertahankan
sampai titik darah penghabisan”.
Jayengresmi dan dua adiknya sama sekali tak bisa membantah. Akan sia-sia saja
sekalipun sama sekali tidak menyetujui, tidak ada kata lain selain menurut pada perintah
orang tua. Memeprtahankan Giri.” Tambangraras adalah priyayi kaya, karena dia adalah
putri orang terpandang di Wanamarta.
Dia dipaksa agar segera menikah, tetapi dia hanya akan menerima pinangan dari pria
yang mampu melindunginya di dunia dan di akhirat. Tambangraras termasuk santri,
karena ayahnya adalah seorang kyai yang memiliki pesantren dan setiap hari
mendapatkan siraman rohani. “Kenapa Tambangraras belum kawin?”Jamal bertanya
pada Ki Nuripin “ooow, Tambangraras hanya mau kawin dengan lelaki yang cerdas,
sudah banyak lelaki dari mana-mana melamarnya.
Dari yang tampan kaya, maupun jelek kaya…”(2011:41) Mitos masyarakat Jawa
merupakan hal yang dijadikan pedoman kehidupan mereka, mitos-mitos tersebut
memiliki makna yang dipercaya kebenarannya oleh pelaku mitos. Seperti halnya karya
sastra lainnya, mitos dalam kajian antropologi sastra juga merupakan karya sastra yang
harus diapresiasi dan dicari serta diketahui maknanya.
Karena sebuah karya sastra merupakan hasil tangan manusia kreatif untuk diri sendiri
maupun orang lain yang dibentuk berdasarkan inspirasi. Inspirasi itulah yang
merupakan makna karya sastra yang diciptakan oleh manusia. Mitos Agama:Bulan
maulid adalah bulan yang baik untuk malaksanakan hajatan. Masyarakat Jawa selain
kental akan budaya Jawa, mereka juga penganut terbesar agama Islam.
Dalam agama Islam bulan Maulud atau Maulud Nabi adalah hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Di dalam bulan Maulud, dipercaya kebaikannya untuk melaksanakan
hajatan, karena bulan Maulud adalah bulan kelahiran manusia sempurna yang
membawa berkah dan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Syekh Amongraga (orang yang berilmu tinggi) setelah datang ke desa Wanamarta, desa
ini menjadi hidup, tidak ada orang yang berjudi dan suara adzan terdengar
bersahut-sahutan di setiap masjid. Oleh karena itu Memakan makanan, meminum
minuman bekas orang yang berilmu tinggi dan berjabat tangan dengannya akan
mendapat keberkahan dan rizki yang berlimpah.
Mitos sosial: Nasib manusia ditentukan berdasarkan keturunan. Misalnya jika orang
tuanya seorang raja maka putrinya akan menjadi puteri. Orang tuanya seorang
pembantu maka putrinya akan menjadi pembantu. Makna sebenarnya bahwa nasib
sesuai dengan keturunan memang benar adanya, namun semua itu tergantung pada
masingmasing individu.
Jika anak raja dan kerajaannya hancur, maka pasti dia akan menjadi rakyat biasa
walaupun kerajaan itu dihancurkan olehnya ataupun oleh orang lain. Sebaliknya, jika
putri pembantu memiliki kegigihan yang kuat dalam mengejar cita-cita, maka dia bisa
menjadi ratu dunia dengan usahanya melawan nasib dari orang tuanya. Karena nasib
seseorang tidak akan berubah kecuali dia sendiri yang merubahnya.
Nilai Keutamaan Mitos Jawa Terhadap Mitos dalam Novel Centhini:40 Malam Mengintip
Sang Pengantin. Mitos Jawa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bermasyarakat.
Mitos dijadikan landasan dan pedoman kehidupan masyarakat Jawa. Setiap kegiatan
mereka tidak lepas dari mitos yang melekat dalam diri manusia. Seperti Nasib manusia
ditentukan berdasarkan keturunan. Misalnya, jika orang tuanya adalah seorang raja,
maka putrinya akan menjadi seorang putri.
Dan, jika orang tuanya seorang pembantu, maka putrinya akan menjadi pembantu.
Mitos ini tidak dianggap sebagai sebuah mitos belaka, melainkan sudah menjadi
kebenaran bagi masyarakat Jawa. SIMPULAN Mitos Jawa tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan bermasyarakat.Mitos dijadikan landasan dan pedoman kehidupan
masyarakat Jawa.Setiap kegiatan mereka tidak lepas dari mitos yang melekat dalam diri
manusia.Ritualritual tersebut dilakkukan masyarakat Jawa dengan penuh perhitungan
matang, setiap acara bagi mereka ada ritual-ritual tertentu untuk keberkahan hidup.
Masyarakat menganggap dongeng adalah nyata, karena merupakan saringan dongeng,
walaupun inti pesan telah luntur karena perubahan jaman.Seperti kisah rosul yang
kebenarannya belum dapat dibuktikan, walaupun telah ada data dalam Al-Quran, tetapi
masyarakat melakukan berbagai kegiatan hidup berdasarkan ajaran Rasul. Karena Rasul
merupakan panutan dan pemimpin umat muslim. Sebagai mana yang telah
diajarkan.Sehingga masyarakat bukan hanya menganggap kegiatan mereka sebagai
seuah mitos, namun sebagai kebenaran yang turun dari Tuhan. DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 2006.
Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djajasudarma,
Fatimah. 1999. Wacana. Bandung : Refika Dojosantosa. 1989. Unsur Religius Dalam
Sastra Jawa. Semarang:aneka Ilmu. Endaraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian
astra.Yogyakarta:Pustaka Widyatama Harahap, Muharrina. 2009. Mitologi jawa dalam
novel-novel Kuntowijoyo. Universitas Sumatera Utara Medan. Hutomo, Suripan Sadi.
1991. Mutiara Yang Terlupakan Pengantar Studi Sastra Lisan.
Surabaya:HISKI. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Antropologi Sastra. Yogyakarya: Pustaka
Pelajar. Wirodono, Sunardian. 2010. Centhini:40 Hari Mengintip Sang Pengantin.
Jogjakarta:DIVA Press. Zaidan, A. Rozak, dkk. 1997. Pusat Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. Jakarta: Depatemen pendidikan dan Kebubayaan.
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - https://sahrilanwar.wordpress.com/makalah-2/
<1% -
http://membacaseratcenthini.blogspot.com/2010/10/skandal-penjiplakan-novel-centhini
-2.html
<1% - http://mencarijalanmenujuislam.blogspot.com/p/asal-usul-dan-kisah-dajjal.html
<1% - http://fumaga.com/cute/316
<1% - http://www.gutenberg.org/files/11029/11029-h/11029-h.htm
<1% - https://issuu.com/riaupos/docs/2016-03-27
<1% - http://sunardian.blogspot.com/2010/
<1% -
https://www.scribd.com/document/338109998/Analisis-Tokoh-Perempuan-Dalam-Nove
l-Ronggeng-Dukuh-Paruk
<1% -
http://tanyakansemuadisini.blogspot.com/p/agama-agama-yang-ada-di-indonesia.html
<1% - https://pt.scribd.com/doc/136185683/Teori-Strukturalisme
<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/148615953.pdf
<1% - http://eprints.walisongo.ac.id/761/4/082411129_Bab3.pdf
<1% -
http://sangpujanggakecil.blogspot.com/2014/11/tugas-ibd-pengidentifikasian-konflik.ht
ml
<1% - http://afifahallutfiah.blogspot.com/2015/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html
<1% -
https://surieyorei.wordpress.com/skripsi-sastra/refleksi-religiusitas-dalam-novel-hakikatkarya-
m-hilmi-asad/bab-i-ii-iii-iv-v/
<1% -
https://www.kompasiana.com/akmala-04/550042828133119a17fa74d9/bagaimana-impli
kasi-perkembangan-dalam-pembelajaran
<1% -
http://www.academia.edu/30025758/Makalah_Perkembangan_Pola_Pikir_Manusia.docx
<1% - https://issuu.com/riaupos/docs/2017-04-16
<1% -
http://pelajaralways.blogspot.com/2015/05/budaya-dan-adat-istiadat-persalinan.html
<1% -
http://ilyazheidegger.blogspot.com/2014/11/kamatian-menurut-heidegger-bab-iv.html
2% - http://ejurnalbalaibahasa.id/index.php/metasastra/article/download/139/121
1% -
http://www.academia.edu/7265211/JATI_DIRI_MASYARAKAT_MELAYU_SERDANG_DALA
M_TRADISI_BELADIRI_SILAT_LINTAU_DI_KEDATUKAN_BATANG_KUIS_KAJIAN_ANTROPO
LOGI_SASTRA
1% - https://www.scribd.com/document/332402015/21-21-1-PB
<1% -
http://dedimulyana96.blogspot.com/2014/11/makhluk-manusia-dan-kebudayaan.html
1% - https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/download/949/796
1% - http://journals.unpad.ac.id/ejournal/article/download/1643/1627
1% -
http://www.academia.edu/8395733/Levi_Strauss_dan_Mitos_Sumur_Puteri_Pajang_Surak
arta
<1% -
https://www.scribd.com/document/364020614/Tugas-Review-Buku-Strukturalisme
<1% - http://onlinepesantren.blogspot.com/2011/03/
<1% - http://inyiaksuku.blogspot.com/2014/02/mama-dan-anak-tiri.html
<1% - http://alfirahmawati18081994.blogspot.com/2014/12/makalah-nikah.html
<1% -
http://www.promutu.com/tentang-maulid-nabi/pengertian-maulid-nabi-dan-maulud-na
bi
1% - https://islamagamauniversal.wordpress.com/2011/08/19/islam-agama-universal/
<1% - http://dimensaovariavel.blogspot.com/2012/
<1% -
https://prediksi.wordpress.com/2008/10/03/al-quran-menjawab-makna-angka-666-pem
uja-setan/