ANALISIS EKOLOGI
BERWAWASAN GENDER (ECOFEMINISM) DALAM KARYA SASTRA PARA
SASTRAWAN LAMONGAN
Kiki Astrea dan Anisa Ulfah
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini di fakuskan penemuan (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3)
Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialism. Data dalam penelitian ini berupa data tentang (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3)
Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialism . Sumber data
diperoleh dari dokumentasi dan wawancara.
Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis
data menggunakan teknik interaktif. Validasi data menggunakan triangulasi, baik
triangulasi teori, data, dan metode. Hasil temuan penelitian diharapkan dapat
dideskripsikan meliputi: (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3)
Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialism dalam teks
sastra para sastrawan di Lamongan.
Abstract
The purpose of this study was to determine the findings of (1)
the influence of political ecological values (2) the influence of cultural
ecological values (3) the influence of social ecological values, and (4) the
influence of the ecological values of imperialism heritage. The data in this
study are data about (1) the influence of political ecological values (2) The
influence of cultural ecological values (3) The influence of social
ecological values, and (4) the influence of the ecological values of
imperialism heritage. Data sources are obtained from documentation and
interviews. The data collection techniques are carried out with documentation
and interviews. Data analysis techniques use interactive techniques. Data
validation uses triangulation, both triangulation of theories, data, and
methods. The research findings are expected to be described include: (1) the
influence of political ecological values (2) The influence of cultural
ecological values (3) The influence of social ecological values, and (4) the
influence of the ecological values of imperialism inheritance in literary
texts the writers in Lamongan.
Kata Kunci : EKOLOGI , GENDER (ECOFEMINISM), KARYA SASTRA, dan SASTRAWAN
PENDAHULUAN
Karya
sastra adalah suatu bentuk tulisan yang indah dan bermanfaat bagi pembaca dan
merupakan hasil kreativitas pengarang dalam mencermati realitas (Sutardi, 2011
:1-2). Karya sastra tidak dapat lepas dari unsur pengarang, masyarakat, dan
pembaca. Karya sastra dapat merupakan potret kehidupan masyarakat (Sariban,
2009: 7). Berkaitan dengan upaya memahami dan mengungkap hubungan pengarang
dengan fakta dan realitas sosial,
imajinasi kreativitas pengarang, serta nilai-nilai yang terkandung dalam
sebuah teks karya sastra, dalam penelitian ini dipilih karya besar dari sastrawan
Lamongan sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan ekologi sastra
berwawasan feminism (ecofeminism). Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap
pengaruh pengaruh ekologi yang mempengaruhi para sastrawan Lamongan yang
terdapat dalam teks sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap
kebesaran pengarang yang memiliki karakter dalam kepengarangannya dan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Oleh karena itu, tugas dalam penelitian sastra tidak sekadar harus
menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus
memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian sebaiknya mampu memberikan
evaluasi terhadap karya sastra sampai proses
penciptaannya. Dari sini akan muncul pula karya sastra yang bermutu dan manakah
karya sastra yang “kacangan” (Endraswara, 2006:11).
Berkaitan dengan kualitas sebuah karya sastra
Luckas menegaskan persoalan yang mendasar dari karya sastra modernis adalah
hilangnya totalitas. Totalitas yang hilang membuat karya sastra modernis gagal
dalam menciptakan tipe atau karakter. Sastrawan besar adalah seorang pengarang
yang hasil karyanya berhasil melahirkan “karakter kemanusian” yang abadi. Tipe
atau karakter yang dimaksud adalah suatu bentuk figuratif yang menunjukkan
kualitas esensi pemikiran yang terdalam suatu zaman. Sastrawan yang hebat
adalah pengarang yang mampu menghasilkan karya keturunan Homer, yaitu sastrawan yang mampu menggambarkan dunia alamiah
mereka dan membagikan kekuatan pengalaman hidup, serta evolusi masyarakat
tempat pengarang itu hidup (Anwar, 2010: 54).
Oleh
karena itu, dalam penelitian ini tidak
sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan
harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian ini harus mampu
memberikan gambaran pengaruh-pengaruh
ecofeminism yang diungkap dari karya sastra para sastrawan Lamongan.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif memberikan perhatian
terhadap data alamiah, data dalam hubungannnya dengan konteks keberadaannya.
Cara-cara itulah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode
sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala social yang
relevan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi(Content analysis). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kritik
sastra feminis.
TEORI DAN PEMBAHASAN
Karya sastra sebagai sebuah
kreativitas memiliki pola-pola yang dianggap oleh masyarakat sebagai sistem.
Pada kaitan ini, Teeuw (1983:2)
mengungkapkan bahwa sastra berada di antara ‘inovasi dan konvensi’. Inovasi
dari karya sastra terletak pada hasil kreativitas pengarang dalam memahami
realitas sebagai fenomena. Adapun konvensi terletak pada hakikat yang melekat
pada karya sastra dengan adanya sistem yang melingkarinya. Seorang menulis
karya sastra akan terikat pada karya-karya terduhulunya yang telah diyakini
oleh masyarakat sebagai sastra sembari memunculkan beberapa inovasi-inovasi,
baik pada isi maupun bentuk. Adanya pola-pola di dalam karya sastra yang
menjadikan munculnya studi sastra untuk memahami secara menyeluruh dengan
adanya sifat-sifat yang melekat. Cara paling mudah untuk memahami yang
tergolong sastra dan bukan sastra, yakni dengan membedakan pada sisi bahasa
yang digunakan. Karya sastra selalu menggunakan bahasa sebagai medium untuk
menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam praktiknya, ada perbedaan antara
bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan
di dalam karya sastra.
Bahasa sehari-hari lebih digunakan
untuk menjalin berkomunikasi, sedangkan bahasa di dalam sastra sebagai sistem
tanda yang memiliki unsur saling terikat. Manusia menggunakan bahasa dalam
rutinitasnya untuk menjadikan kesamaan persepsi dengan orang lain: antara
harapan, keinginan dan pengetahuan tersampaikan melalui bahasa yang digunakan
berdasarkan kesepakatan kebahasaan. Bahasa di dalam sastra mewujud tidak dalam
kerangka itu, melainkan sebagai tanda berdasarkan kecermatan pengarang dalam
memahami gejala sosial. Bahasa di dalam sastra sengaja dibuat lebih mengharukan
dan menimbulkan suasana tertentu yang disesuikan dengan makna yang akan
disampaikan. Selain itu, bahasa sastra cenderung ambiguitas dan homonim, serta
memunculkan asosiasi dengan sangat konotatif ( Wellek dan Warren, 1993:15). Cara-cara ini dimaksudkan
untuk mewujudkan hubungan yang berimbang antara etika dan estetika di dalam
sastra sehingga sering dikatakan bahwa bahasa sastra ditulis dengan penuh
kesadaran karena setiap kata yang tertera memiliki makna tersendiri. Hal ini
sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang muncul untuk mencari persepsi
yang sama, yang muncul tidak dalam kerangka kesadaran, tapi yang terpenting
terwujudnya kesamaan persepsi itu sendiri.
- Ekologi Sastra
Istilah Ekologi sastra berangkat dari
pemahaman istilah Ekologi merupakan
bentukan dari kata oikos dan logos. Dalam bahasa Yunani oikos berarti
rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan,
tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi lebih bisa dipahami sebagai
ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dan lingkungan hidup, mengaitkan
ilmu kemanusiaan dan ilmu alam, bersifat multidisipliner (Yuwana, 1:2016).
Ekologi sastra dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang hubungan antara
karya sastra dengan lingkungan (ecology) yang mempengaruhi karya sastra
tersebut. Pengaruh sebuah lingkungan dimana pengarang itu berada adalah suata
permasalahan yang wajar. Oleh karena, pengarang akan selalu dipengaruhi oleh
subyek kolektif di mana pengarang itu hidup dalam suatu lingkungan. Baik
lingkungan budaya, politik, system social, ekonomi dan lain sebagainnya.
B. Ecofeminisme
Konstruksi pemikiran ekologi feminism berangkat dari
terminology ecofeminism dimunculkan oleh francoise d’Eaubonne dalam sebuah
bukunya yang berjudul (feminism dan kematian). Buku yang mengupas tentang
perempuan dan persoalan ekologi
dikaiatkan secara multidimensional (Yuwana, 2016:168). Gerakan feminism dan
ekologi mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun
pandangan terhadap dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan dominasi
tertentu.
Feminisme lahir dengan tujuan mencari keseimbangan antara laki-laki dengan
perempuan. Dengan lahirnya gerakan feminisme ini, masyarakat mulai terbuka dan
sadar akan kedudukan perempuan yang selama ini inferior. Gerakan feminisme
barat yang diwarnai oleh tuntutan kebebasan dan persamaan hak agar para perempuan dapat menyamai laki-laki
dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kekuasaan politik. Kini telah
banyak perempuan yang masuk ke dunia maskulin dan berkiprah bersama-sama
laki-laki. Oleh karena itu, banyak orang awam melabel feminisme dengan negatif.
Kata feminis selalu dilekatkan dengan berbagai stereotipe negatif, misalnya
perempuan yang dominan, menuntut, galak, mencari masalah, berpenampilan buruk,
tidak menyukai laki-laki, lesbian, perawan tua (lajang), sesat, sekuler, dan
sebagainya (Fakih, 2005:74). Label negatif ini tidak hanya diberikan oleh
laki-laki, namun juga kaum perempuan sendiri yang kurang berwawasan.
- Kritik Sastra Feminisme
Kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan
kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan
budaya sastra dan kehidupan manusia. Kritik sastra feminis merupakan salah satu
ragam kritik sastra yang memanfaatkan teori feminisme dalam menginterpretasi
dan memberikan evaluasi terhadap karya sastra (Wiyatmi, 2012 : 1). Menurut
Endraswara (2013 :149) untuk meneliti karya sastra
dari aspek feminis, peneliti perlu membaca teks sebagai wanita (reading as woman) dalam istilah Culler. Lebih jauh, konsep yang ditawarkan Culler itu pada
dasarnya dapat dimasukkan ke dalam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis
bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga
bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana yang dikandungnya
ialah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada
jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan
(Sugihastuti dan Suharto, 2015:19). Untuk menjelaskan
kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan
dibentuk dari potongan-potongan kain yang lembut. Metofora ini dapat dikenakan
sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis
diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang
perempuan dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai perempuan.
HASIL
PENELITIAN
A.
Pengaruh
nilai-nilai ekologi politik
dalam teks Sastra
Pengaruh nilai Politik dalam
ekologi sastra feminim di Lamongan, kita Jumpai dalam Novel Karya Rodli TL,
karya tersebut berseting pada tahun 1998 pada masa pergolokan politik di tanah
air, pada masa pergantian rezim orde baru ke orde reformasi. Novel ini cukup
representatip dalam menggambarkan seorang tokoh perempuan yang sedang
menggambarkan nilai-nilai hidup perempuan yang pemberani dan memiliki sikap
integritas yang tinggi. Sikap dalam memahami dunia pergerakan di kampus antara
idealisme dan realitas yang dialami sesungguhnya dalam sosial , politik dan
kemasyarakatan.
“ negara kita memang
benar-benar bermartabat rendah. Bayangkan, aksinya kami adalah aksi damai yang
memperjuangkan kebenaran dan keadilan harus dibenturkan dengan preman jalanan.
Ini negara apa? Pemerintah busuk” (Rodli, Dazedlove:83)
B.
Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya dalam Teks sastra
Teks sastra yang menunjukkan
keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi Budaya, tampak pada karya A. Zaini
dalam kumpulan Novel Mahar Cinta Berair . Menceritakan bagaimana seorang gadis
merasa tidak mendapatkan keadilan cinta dengan laki-laki pujaan. Ia harus
terpaksa memendam rasa cinta atas ketidakadilan persepsi perempuan di
masyarakat.
“Baiklah, Bu. Saya akan memakai
kemeja putih ini, tetapi ada syaratnya,” kata Royyan.
“Apapun sayaratnya akan saya
turuti,”Sanggup Leni.
“setelah saya memakai baju
putih ini, saya harap bu Leni tidak membuka-buka lagi peristiwa yang telah
lewat. Bu Leni jangan mengungkit lagi.....” (Zaini, MHCBM:106)
Begitu juga dalam kumpulan
puisi sungai asal karya Pringgo HR. Yang berjudul Wanita, dalam puisi ini
mendiskripsikan bagaimana sebenarnya perempuan perkasa itu, pengaruh nilai
budaya Jawa, Ajaran Agama, dan roman klasik sebagi daya ungkap oleh penulis.
“ Apa yang harus kukata tentang
wanita
Kecuali hawa, hajjar, masyitoh,
khotijah, aisyah,
Fatimah, rabiah, cleopatra
Madam curie, kartini,
Fatmawati yang menjahit bendera
Atau ibu dan istri yang
menjahit harihariku” (Pringgo HR. SA.:44)
C.
Pengaruh nilai-nilai ekologi sosial dalam teks sastra
Teks sastra yang menunjukkan
keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi sosial tampak pada karya Rodli
Murtadlo, dalam kumpulan cerpen Kembang Sepatu. Pada cerpen yang berjudul
perempuankah Aku, Menceritakan bagaimana seorang perempuan yang menyangsikan
keperempuannya. Nilai-nilai sosial dan etika dimasyarakat membuat sang tokoh
mencari jati diri yang sebenarnya. Kodrat keperempuannya dan naluri kelakiannya
menjadi peristiwa yang selalu menempatkan sang tokoh dalam pertanyaan besar
akan takdir hidupnya, dan anggapan-anggapan masyarakat terhdap dirinya. Seperti
dalam kutipan cerpen berikut ini.
“ Perempuankah aku? Sementara aku sendiri berpikir, aku bukan
perempuan. Mungkin aku seharusnya dilahirkan sebagai laki-laki. Namun alat
kelamin laki-laki yang seharusnya kumiliki tertinggal di rahim ibu saat
melahirkanku. Perutku tergores pisau bidan saat persalinan ibu. Membentuk tubuh
bagian bawah seperti perempuan....”(Rodhi M,KS:1)
D.
Pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialism dalam teks sastra
Teks sastra
yang menunjukkan pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialisme dapat
ditemukan dalam antologi Cerpen, Parade Tapeng karya Cak Sariban. Dua judul
yang menonjol keterpengaruhan akan warisan kolonial adalah pada cerpen dengan
judul Tubuh Nihil dan Abortus. Tubuh Nihil menceritakan seoarang tokoh Bandit
(sebagai tokoh abdsurd) pemimpin yang kuat dan kolot. Semua kebijakannya harus
terlaksana, warisan budaya memimpin kolonial masih lekat pada gaya
kepemimpinannya. Namun, Tiba-tiba dia dihadapkan pada puncak kebimbangan
sebagai kepala, melihat rakyatnya bahkan keluarganya sendiri. Istrinya pun
menentang segala kebijakannya, bahkan juga anaknya.
“Mungkin juga karena lantaran leher sang istri itu
menyebabkan ptak istri kepala desa berpikir keruh. Apalagi didukung pemandangan
saat arisan dikecamatan. Hampir semua istri kepala desa menyelipkan emas
disekujur tubuhnya....” (Sariban, PT;3).
Pengaruh lingkungan kolonial yang menempatkan
ketidakadilan gender, tampak pada cerpen yang berjudul Abortus. Cerpen ini
menceritakan seorang pemimipin yang semena -mena terhadap perempuan. Raden
sentanu yang membujuk perempuan untuk ditiduri dan tidak mau menikahi setelah
Bawok hamil.
“Ibu cukup menggerakkan kepalanya ke depan satu kali “
Toh kalau kita tidak kawin, lalu siapa anak bayi dalam kandungan ini to Raden,”
“Secepat kilat mata Raden Sentanu marah menyala . Darah
kepalanya mengalir keras. Napasnya ngos-ngosan, Edan “ (Sariban PT:132).
SIMPULAN
Berdasarkan
temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh
sastrawan Lamongan yang bermuatan
ecofeminism dapat diklasifikasika ke dalam empat jenis, Pengaruh nilai-nilai ekologi politik
dalam teks Sastra, Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya dalam Teks sastra, . Pengaruh nilai-nilai ekologi social
dalam teks sastra, dan pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialism
dalam teks sastra.
Temuan tersebut muncul dikarenakan tema-tema karya sastra yang ditulis sastrawan Lamongan syarat memberikan pengaruh
penulis terhadap penggolongan ecofemenism.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H.
1981. The Mirror and The Lamp.
Oxford: Oxford University Press.
Endraswara,
Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian
Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Fakih,
Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Harmaji.2007: Sungai Asal (antologi sajak). Pustaka
Pujangga; Lamongan
Murtadho, Rodhi.2004. Kembang Sepatu. (antologi cerpen).
Pustaka Ilalang. Lamongan
Nurgiyantoro,
Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna,
Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural
Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______________.
2015. Teori, Metode, dan Teknik
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodli, TL. 2006. Dazedlove (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan
Sariban.
2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendikia.
Sariban, 2001. Parade Topeng (Antologi Cerpen). FKIP Unisda Lamongan
Sugihastuti
dan Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutardi.
2011. Apresiasi Sastra: Teori, Aplikasi,
dan Pembelajarannya. Lamongan: Pustaka Ilalang.
Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya
dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak
Wardani,
Nugraheni Eko. 2009. Makna Totalitas
dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.
Yuwana
Sudikan, Setya. 2001. Metode Penelitian
Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana
Yuwana
Sudikan, Setya. 2016. Ekologi Sastra. Surabaya:Pustaka Ilalang.
Zaini. A. 2015. Mahar Cinta Berair Mata (novel). Pustaka
Ilalang, Lamongan
No comments:
Post a Comment