Tuesday, October 2, 2018

ANALISIS EKOLOGI BERWAWASAN GENDER (ECOFEMINISM) DALAM KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN


ANALISIS EKOLOGI BERWAWASAN GENDER (ECOFEMINISM) DALAM KARYA SASTRA  PARA  SASTRAWAN LAMONGAN

Kiki Astrea dan Anisa Ulfah

Universitas Islam Darul Ulum Lamongan



Abstrak

Tujuan dari penelitian ini  di fakuskan penemuan (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism. Data dalam penelitian ini berupa data tentang (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism .  Sumber data diperoleh dari dokumentasi dan wawancara.  Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan  dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Validasi data menggunakan triangulasi, baik triangulasi teori, data, dan metode. Hasil temuan penelitian diharapkan dapat dideskripsikan meliputi: (1) pengaruh nilai-nilai ekologi politik (2) Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya (3) Pengaruh nilai-nilai ekologi social, dan (4) pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra para sastrawan di Lamongan.



Abstract



The purpose of this study was to determine the findings of (1) the influence of political ecological values ​​(2) the influence of cultural ecological values ​​(3) the influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism heritage. The data in this study are data about (1) the influence of political ecological values ​​(2) The influence of cultural ecological values ​​(3) The influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism heritage. Data sources are obtained from documentation and interviews. The data collection techniques are carried out with documentation and interviews. Data analysis techniques use interactive techniques. Data validation uses triangulation, both triangulation of theories, data, and methods. The research findings are expected to be described include: (1) the influence of political ecological values ​​(2) The influence of cultural ecological values ​​(3) The influence of social ecological values, and (4) the influence of the ecological values ​​of imperialism inheritance in literary texts the writers in Lamongan.



Kata Kunci : EKOLOGI , GENDER (ECOFEMINISM), KARYA SASTRA, dan    SASTRAWAN

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah suatu bentuk tulisan yang indah dan bermanfaat bagi pembaca dan merupakan hasil kreativitas pengarang dalam mencermati realitas (Sutardi, 2011 :1-2). Karya sastra tidak dapat lepas dari unsur pengarang, masyarakat, dan pembaca. Karya sastra dapat merupakan potret kehidupan masyarakat (Sariban, 2009: 7). Berkaitan dengan upaya memahami dan mengungkap hubungan pengarang dengan fakta dan realitas sosial,  imajinasi kreativitas pengarang, serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah teks karya sastra, dalam penelitian ini dipilih karya besar dari sastrawan Lamongan sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan ekologi sastra berwawasan feminism (ecofeminism). Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh pengaruh ekologi yang mempengaruhi para sastrawan Lamongan yang terdapat dalam teks sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap kebesaran pengarang yang memiliki karakter dalam kepengarangannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.   Oleh karena itu, tugas dalam penelitian sastra tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian sebaiknya mampu memberikan evaluasi terhadap karya sastra sampai proses penciptaannya. Dari sini akan muncul pula karya sastra yang bermutu dan manakah karya sastra yang “kacangan” (Endraswara, 2006:11).

 Berkaitan dengan kualitas sebuah karya sastra Luckas menegaskan persoalan yang mendasar dari karya sastra modernis adalah hilangnya totalitas. Totalitas yang hilang membuat karya sastra modernis gagal dalam menciptakan tipe atau karakter. Sastrawan besar adalah seorang pengarang yang hasil karyanya berhasil melahirkan “karakter kemanusian” yang abadi. Tipe atau karakter yang dimaksud adalah suatu bentuk figuratif yang menunjukkan kualitas esensi pemikiran yang terdalam suatu zaman. Sastrawan yang hebat adalah pengarang yang mampu menghasilkan karya keturunan Homer, yaitu sastrawan yang mampu menggambarkan dunia alamiah mereka dan membagikan kekuatan pengalaman hidup, serta evolusi masyarakat tempat pengarang itu hidup (Anwar, 2010: 54).        

Oleh karena itu,  dalam penelitian ini tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian ini harus mampu memberikan gambaran pengaruh-pengaruh  ecofeminism yang diungkap dari karya sastra para sastrawan Lamongan.



METODE PENELITIAN

         Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannnya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara itulah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala social yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi(Content analysis). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kritik sastra feminis.

TEORI DAN PEMBAHASAN

         Karya sastra sebagai sebuah kreativitas memiliki pola-pola yang dianggap oleh masyarakat sebagai sistem. Pada kaitan ini,  Teeuw (1983:2) mengungkapkan bahwa sastra berada di antara ‘inovasi dan konvensi’. Inovasi dari karya sastra terletak pada hasil kreativitas pengarang dalam memahami realitas sebagai fenomena. Adapun konvensi terletak pada hakikat yang melekat pada karya sastra dengan adanya sistem yang melingkarinya. Seorang menulis karya sastra akan terikat pada karya-karya terduhulunya yang telah diyakini oleh masyarakat sebagai sastra sembari memunculkan beberapa inovasi-inovasi, baik pada isi maupun bentuk. Adanya pola-pola di dalam karya sastra yang menjadikan munculnya studi sastra untuk memahami secara menyeluruh dengan adanya sifat-sifat yang melekat. Cara paling mudah untuk memahami yang tergolong sastra dan bukan sastra, yakni dengan membedakan pada sisi bahasa yang digunakan. Karya sastra selalu menggunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam praktiknya, ada perbedaan antara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan di dalam karya sastra. 

           Bahasa sehari-hari lebih digunakan untuk menjalin berkomunikasi, sedangkan bahasa di dalam sastra sebagai sistem tanda yang memiliki unsur saling terikat. Manusia menggunakan bahasa dalam rutinitasnya untuk menjadikan kesamaan persepsi dengan orang lain: antara harapan, keinginan dan pengetahuan tersampaikan melalui bahasa yang digunakan berdasarkan kesepakatan kebahasaan. Bahasa di dalam sastra mewujud tidak dalam kerangka itu, melainkan sebagai tanda berdasarkan kecermatan pengarang dalam memahami gejala sosial. Bahasa di dalam sastra sengaja dibuat lebih mengharukan dan menimbulkan suasana tertentu yang disesuikan dengan makna yang akan disampaikan. Selain itu, bahasa sastra cenderung ambiguitas dan homonim, serta memunculkan asosiasi dengan sangat konotatif ( Wellek dan  Warren, 1993:15). Cara-cara ini dimaksudkan untuk mewujudkan hubungan yang berimbang antara etika dan estetika di dalam sastra sehingga sering dikatakan bahwa bahasa sastra ditulis dengan penuh kesadaran karena setiap kata yang tertera memiliki makna tersendiri. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang muncul untuk mencari persepsi yang sama, yang muncul tidak dalam kerangka kesadaran, tapi yang terpenting terwujudnya kesamaan persepsi itu sendiri.

  1. Ekologi Sastra

       Istilah Ekologi sastra berangkat dari pemahaman istilah  Ekologi merupakan bentukan dari kata oikos dan logos. Dalam bahasa Yunani oikos berarti rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi lebih bisa dipahami sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dan lingkungan hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam, bersifat multidisipliner (Yuwana, 1:2016). Ekologi sastra dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang hubungan antara karya sastra dengan lingkungan (ecology) yang mempengaruhi karya sastra tersebut. Pengaruh sebuah lingkungan dimana pengarang itu berada adalah suata permasalahan yang wajar. Oleh karena, pengarang akan selalu dipengaruhi oleh subyek kolektif di mana pengarang itu hidup dalam suatu lingkungan. Baik lingkungan budaya, politik, system social, ekonomi dan lain sebagainnya.

B.     Ecofeminisme

           Konstruksi pemikiran ekologi feminism berangkat dari terminology ecofeminism dimunculkan oleh francoise d’Eaubonne dalam sebuah bukunya yang berjudul (feminism dan kematian). Buku yang mengupas tentang perempuan dan  persoalan ekologi dikaiatkan secara multidimensional (Yuwana, 2016:168). Gerakan feminism dan ekologi mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan dominasi tertentu.

Feminisme lahir dengan tujuan mencari keseimbangan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan lahirnya gerakan feminisme ini, masyarakat mulai terbuka dan sadar akan kedudukan perempuan yang selama ini inferior. Gerakan feminisme barat yang diwarnai oleh tuntutan kebebasan dan persamaan hak  agar para perempuan dapat menyamai laki-laki dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kekuasaan politik. Kini telah banyak perempuan yang masuk ke dunia maskulin dan berkiprah bersama-sama laki-laki. Oleh karena itu, banyak orang awam melabel feminisme dengan negatif. Kata feminis selalu dilekatkan dengan berbagai stereotipe negatif, misalnya perempuan yang dominan, menuntut, galak, mencari masalah, berpenampilan buruk, tidak menyukai laki-laki, lesbian, perawan tua (lajang), sesat, sekuler, dan sebagainya (Fakih, 2005:74). Label negatif ini tidak hanya diberikan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan sendiri yang kurang berwawasan.

  1. Kritik Sastra Feminisme

          Kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra dan kehidupan manusia. Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan teori feminisme dalam menginterpretasi dan memberikan evaluasi terhadap karya sastra (Wiyatmi, 2012 : 1). Menurut Endraswara (2013 :149) untuk meneliti karya sastra dari aspek feminis, peneliti perlu membaca teks sebagai wanita (reading as woman) dalam istilah Culler. Lebih jauh, konsep yang ditawarkan Culler itu pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana yang dikandungnya ialah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti dan Suharto, 2015:19). Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongan kain yang lembut. Metofora ini dapat dikenakan sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai perempuan.



HASIL PENELITIAN

A.    Pengaruh nilai-nilai ekologi politik dalam teks Sastra

Pengaruh nilai Politik dalam ekologi sastra feminim di Lamongan, kita Jumpai dalam Novel Karya Rodli TL, karya tersebut berseting pada tahun 1998 pada masa pergolokan politik di tanah air, pada masa pergantian rezim orde baru ke orde reformasi. Novel ini cukup representatip dalam menggambarkan seorang tokoh perempuan yang sedang menggambarkan nilai-nilai hidup perempuan yang pemberani dan memiliki sikap integritas yang tinggi. Sikap dalam memahami dunia pergerakan di kampus antara idealisme dan realitas yang dialami sesungguhnya dalam sosial , politik dan kemasyarakatan.

“ negara kita memang benar-benar bermartabat rendah. Bayangkan, aksinya kami adalah aksi damai yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan harus dibenturkan dengan preman jalanan. Ini negara apa? Pemerintah busuk” (Rodli, Dazedlove:83)

B.     Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya  dalam Teks sastra

Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi Budaya, tampak pada karya A. Zaini dalam kumpulan Novel Mahar Cinta Berair . Menceritakan bagaimana seorang gadis merasa tidak mendapatkan keadilan cinta dengan laki-laki pujaan. Ia harus terpaksa memendam rasa cinta atas ketidakadilan persepsi perempuan di masyarakat.

“Baiklah, Bu. Saya akan memakai kemeja putih ini, tetapi ada syaratnya,” kata Royyan.

“Apapun sayaratnya akan saya turuti,”Sanggup Leni.

“setelah saya memakai baju putih ini, saya harap bu Leni tidak membuka-buka lagi peristiwa yang telah lewat. Bu Leni jangan mengungkit lagi.....” (Zaini, MHCBM:106)

Begitu juga dalam kumpulan puisi sungai asal karya Pringgo HR. Yang berjudul Wanita, dalam puisi ini mendiskripsikan bagaimana sebenarnya perempuan perkasa itu, pengaruh nilai budaya Jawa, Ajaran Agama, dan roman klasik sebagi daya ungkap oleh penulis.

“ Apa yang harus kukata tentang wanita

Kecuali hawa, hajjar, masyitoh, khotijah, aisyah,

Fatimah, rabiah, cleopatra

Madam curie, kartini,

Fatmawati yang menjahit bendera

Atau ibu dan istri yang menjahit harihariku” (Pringgo HR. SA.:44)

C.    Pengaruh nilai-nilai ekologi sosial dalam teks sastra

        Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan akan nilai-nilai ekologi sosial tampak pada karya Rodli Murtadlo, dalam kumpulan cerpen Kembang Sepatu. Pada cerpen yang berjudul perempuankah Aku, Menceritakan bagaimana seorang perempuan yang menyangsikan keperempuannya. Nilai-nilai sosial dan etika dimasyarakat membuat sang tokoh mencari jati diri yang sebenarnya. Kodrat keperempuannya dan naluri kelakiannya menjadi peristiwa yang selalu menempatkan sang tokoh dalam pertanyaan besar akan takdir hidupnya, dan anggapan-anggapan masyarakat terhdap dirinya. Seperti dalam kutipan cerpen berikut ini.

      “ Perempuankah aku? Sementara aku sendiri berpikir, aku bukan perempuan. Mungkin aku seharusnya dilahirkan sebagai laki-laki. Namun alat kelamin laki-laki yang seharusnya kumiliki tertinggal di rahim ibu saat melahirkanku. Perutku tergores pisau bidan saat persalinan ibu. Membentuk tubuh bagian bawah seperti perempuan....”(Rodhi M,KS:1)

D.    Pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra

       Teks sastra yang menunjukkan pengaruh nilai-nilai ekologi warisan imperialisme dapat ditemukan dalam antologi Cerpen, Parade Tapeng karya Cak Sariban. Dua judul yang menonjol keterpengaruhan akan warisan kolonial adalah pada cerpen dengan judul Tubuh Nihil dan Abortus. Tubuh Nihil menceritakan seoarang tokoh Bandit (sebagai tokoh abdsurd) pemimpin yang kuat dan kolot. Semua kebijakannya harus terlaksana, warisan budaya memimpin kolonial masih lekat pada gaya kepemimpinannya. Namun, Tiba-tiba dia dihadapkan pada puncak kebimbangan sebagai kepala, melihat rakyatnya bahkan keluarganya sendiri. Istrinya pun menentang segala kebijakannya, bahkan juga anaknya.

“Mungkin juga karena lantaran leher sang istri itu menyebabkan ptak istri kepala desa berpikir keruh. Apalagi didukung pemandangan saat arisan dikecamatan. Hampir semua istri kepala desa menyelipkan emas disekujur tubuhnya....” (Sariban, PT;3).

Pengaruh lingkungan kolonial yang menempatkan ketidakadilan gender, tampak pada cerpen yang berjudul Abortus. Cerpen ini menceritakan seorang pemimipin yang semena -mena terhadap perempuan. Raden sentanu yang membujuk perempuan untuk ditiduri dan tidak mau menikahi setelah Bawok hamil.

“Ibu cukup menggerakkan kepalanya ke depan satu kali “ Toh kalau kita tidak kawin, lalu siapa anak bayi dalam kandungan ini to Raden,”

“Secepat kilat mata Raden Sentanu marah menyala . Darah kepalanya mengalir keras. Napasnya ngos-ngosan, Edan “ (Sariban PT:132).



SIMPULAN

Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Lamongan  yang bermuatan ecofeminism dapat diklasifikasika ke dalam empat jenis,  Pengaruh nilai-nilai ekologi politik dalam teks Sastra,      Pengaruh nilai-nilai ekologi Budaya  dalam Teks sastra, . Pengaruh nilai-nilai ekologi social dalam teks sastra, dan  pengaruh nilai-nilai ekologi  warisan imperialism dalam teks sastra.

Temuan  tersebut muncul dikarenakan tema-tema karya sastra yang ditulis sastrawan Lamongan syarat memberikan pengaruh penulis terhadap penggolongan ecofemenism.



DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. Oxford: Oxford University Press.

Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.

Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harmaji.2007: Sungai Asal (antologi sajak). Pustaka Pujangga; Lamongan

Murtadho, Rodhi.2004. Kembang Sepatu. (antologi cerpen). Pustaka Ilalang. Lamongan



Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______________. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rodli, TL. 2006. Dazedlove (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan

Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendikia.

Sariban, 2001. Parade Topeng (Antologi Cerpen). FKIP Unisda Lamongan

Sugihastuti dan Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Aplikasi, dan Pembelajarannya. Lamongan: Pustaka Ilalang.

Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak

Wardani, Nugraheni Eko. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.

Yuwana Sudikan, Setya. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana

Yuwana Sudikan, Setya. 2016. Ekologi Sastra. Surabaya:Pustaka Ilalang.

Zaini. A. 2015. Mahar Cinta Berair Mata (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan






No comments:

Post a Comment