HIPOTESIS SAPIR-WHORF
DALAM PROSES TOPONIMI KABUPATEN TUBAN
(KAJIAN ANTROPOLOGI LINGUISTIK)
Kiki
Astrea, M. Pd.
Universitas
Islam Darul Ulum Lamongan
astreakiki22@gmail.com. 082231414417.
Abstrak:Penamaan tempat adalah
bentuk keterkaitan bahasa, budaya dan pemikiran. Studi ini mengkaji proses
penamaan Kota Tuban dengan menemukan dialek orang Tuban. Selain itu, penelitian
ini juga mencari keterkaitan bahasa, budaya dan pemikiran dalam proses toponimi
Tuban. Pendekatan deskriptif kualitatif dan metode penyajian data informal
digunakan untuk mengolah dan menyajikan data yang diharapkan. Toponimi dari
Tuban dikaitkan dengan sosok bernama Ronggolawe yang berperan penting bagi
babat Tuban dan akhirnya diangkat menjadi duke pertama Kabupaten Tuban.
Kata Kunci:
Toponimi, Kabupaten Tuban, Dialek,
Hipotesis Sapir-Whorf
Abstract:Place naming is a form
of linkage of language, culture and thought. This study examines the process of
Tuban City naming by finding dialek of Tuban people. In addition, this study
also seeks of linkage of language, culture and thought in the process of
toponymy of Tuban. Qualitative descriptive approach and informal data
presentation methods was used to process and present expected data. Toponymy of
Tuban is associated with a figure named Ronggolawe role important to tripe
Tuban and finally lifted become the first adipati of Kabupaten Tuban.
Keywords: Toponymy, Tuban
district, Dialek, Hipitesis Sapir-Whorf
PENDAHULUAN
Konsep penamaan
tempat merupakan sosiobudaya dalam sebuah masyarakat yang memunculkan sebuah
bahasa sebagai sarana komunikasi. Penggunaan dialek bahasa dan pola fikir suatu
masyarakat dipengaruhi oleh tempat, kondisi dan budaya suatu masyarakat yang
melatarbelakanginya.Penjabaran di atas, mengindikasi bahwa konsep penamaan
suatu tempat merupakan bentuk keterkaitan antara bahasa, budaya, dan pikiran.
Keterkaitan antara ketiga hal tersebut merupakan konsep mendasar dari teori
relativitas linguistik yang perumusannya didasari oleh hipotesis Sapir-Worf. . Hipotesis SapirWorf (dalam Kramsch, 2001:11) menyatakan bahwa
penggunaan bahasa mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berprilaku. Dengan
demikian proses penamaan merupakan pengaruh dari bahasa, budaya, dan pikiran
masyarakat yang bersangkutan, sehingga berpengaruh pada pola pikirdan perilaku penggunanya. Berdasarkan Perpres nomor 10 tahun 2013,
Kabupaten ini memiliki nama resmi Kabupaten Tuban dengan ibu kota Tuban yang
terletak di Provinsi Jawa Timur.
Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas
22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban
pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o
40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian
daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi
bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan,
sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. . Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura berbatasan dengan kabupaten Rembang dan
pada deretan pegunungan kapur utara ang membentang dari Kota Gresik sampai Rembang
Jawa Tengah. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari
Kecamatan Jatirogo sebelah utara sampai kecamatan
Rengel di sebelah selatan Tuban, dan dari Kecamatan Merakurak utara sampai
Kecamatan Soko sebelah selatan Tuban. Sedangkan wilayah laut,
terbentang antara lima Kecamatan,
yaitu Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban
dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada di ujung Utara dan
bagian Barat Jawa Timur yang
berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa
Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten
Rembang. Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang
berada di Jalur Pantura dan titik
tertinggi 500 m yang berada di
Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai
Bengawan Solo yang mengalir dari Solo menuju Gresik.
Kajian Toponimi yang dikaitkan dengan
hipotesis Sapir-Worf pernah dilakukan oleh Mahabbatul Camalia (2015) dalam
penelitiannya “Toponimi Lamongan (Kajian Antropologi Linguistik)”. Dalam
penelitiannya Mahabbatul Camalia mengkaji penamaan tempat dan sistem tanda
dalam penamaan Lamongan. Dalam
penelitiannya tersebut iamenemukan adanya hipotesis Sapir-Worf dalam konsep
penamaan Kabupaten Tuban yang merefleksikan nilai dan keyakinan terhadap nama
tempat tersebut Penelitian tersebut
menemukan katerkaitan antara bahasa, pikiran, dan budaya pada penaamaan
tempat-tempat di Lamongan. Berbeda
dengan penelitian sebelumnya,
Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
penelitian ini berusaha mengkaji proses penamaan Kota Tuban dengan menemukan
pola pemberian nama dari segi historisnya dan dialek yang digunakan dengan
kajian yang sama, yaitu antropologi linguistik. Selain itu, penelitian ini juga
berusaha untuk menemukan adanya keterkaitan antara bahasa, budaya, dan pikiran
manusia dalam proses penamaan tempat di Kabupaten Tuban. Dengan demikian
penelitian ini memiliki tiga rumusan masalah yakni: 1) bagaimanakah konsep
penamaan Kabupaten Tuban di pandang dari segi historisnya?; 2) bagaimanakah
struktur dialek dalam pembentukan penamaan Kabupaten Tuban?; 3) bagaimanakah hipotesis Sapir-Worf pada
penaamaan Kabupaten Tuban?. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam
mendokumentasikan sejarah penamaan Kabupaten Tuban.
TEORI
Menurut KBBI (2012:1482)
toponimi merupakan cabang ilmu
yang menyelidiki nama tempat, termasuk lokasi desa dan kota. BRKP (2003:3) memberikan pengertian toponimi sebagai penamaan
unsur-unsur geografis suatu
tempat yang dapat berupa nama-nama
pulau, gunung, sungai, bukit kota, desa. Toponimi tidak dapat lepas dari aspek
kajian linguistik, sosiologi, antropologi, geografi, sejarah, dan kebudayaan.
Kramsc (2001:11) menjelaskan bahwa teori
relativitas linguistik yang menjadi dasar perumusan hipotesis Sapir-Whorf
mengukapkan ada keberhubungan antara bahasa, budaya, dan pikiran manusia.
Keberadaan teori ini memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam sosiolinguistik
dan linguistik antropologi. Teori relativitas linguistik ini dipegang oleh
Franz Boas (1858-1942) yang selanjutnya mempengaruhi Edward Sapir (1884-1939),
dan pemikiran Sapir mempengaruhi muridnya Benjamin Lee Whorf (1897-1941). Teori
relativitas tersebut menyatakan bahwa orang berbicara dengan cara yang berbeda
karena mereka berpikir dengan cara yang berbeda. Mereka berpikir dengan cara
yang berbeda karena bahasa mereka menawarkan cara mengungkapkan (makna) dunia
di sekitar mereka dengan cara yang berbeda pula. Teori ini diperkuat oleh Sapir
dan Whorf dengan menyatakan bahwa struktur bahasa, suatu yang digunakan secara
terus menerus, mempengaruhi cara seseorang berpikir dan berperilaku.
Konsep relativitas bahasa
dijelaskan dengan diagram di bawah ini:
Budaya
Pola pikir
Diagram 2
Diagram 2 di atas merupakan pemikiran Sapir (1921:207) yang
menyatakan bahwa bahasa tidak dapat terpisahkan dari budaya manusia, serta merupakan warisan sosial berbentuk panduan tindakan dan kepercayaan seseorang terhadap sesuatu yang menentukan tekstur kehidupan. Dari pernyataan tersebut
menegaskan bahwa bahasa mempunyai dua fungsi yakni sebagai sarana untuk
mengomunikasikan ide dan gagasan secara objekif dan sebagai sarana verbal yang
mengungkapkan nilai-nilai budaya yang bersifat relatif.
Nilai budaya merupakan konsep-konsep
dalam pikiran sebagai warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap amat
bernilai dalam hidup. Kesadaran itu mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam
kehidupan. Nilai-nilai itu secara tidak sengaja akan terbentuk dalam masyarakat
dan nilai-nilai itu akan dijadikan panutan dari satu generasi ke generasi
berikutnya sehingga dianggap menjadi sesuatu yang sangat berarti dan bernilai.
Sistem nilai budaya menurut Djamaris (1993: 2) dapat
dikelompokkan berdasarkan lima kategori hubungan manusia yaitu: (1) nilai
budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2) nilai budaya yang dilakukan manusia dalam hubungan dengan alam, (3) nilai budaya yang dilakukan manusia dalam hubungan manusia dengan manusia lain, (4) nilai budaya yang dilakukan manusia dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dan (5) nilai budaya yang dilakukan manusia dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Kebudayaan menjadi hal yang menarik
dalam karya sastra karena nilai keindahannya Kebudayaan
menurut (Koentjoroningrat, 2009:146) sangat erat hubungannya dengan sastra
Indonesia. Hampir seluruh sastra Indonesia
yang popular berisi kebudayaan Indonesia,
maupun perbandiangan antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan asing.
Budaya berkaitan erat dengan
kehidupan sosial, pola piker dan lokasi suatu masyarakat,
sehingga memunculkan pemikiran serta dialek bahasa yang khas. Dialek adalah bahasa sekelompok masyarakat tertentu yang tinggal di suatu daerah tertentu.
Perbedaan dialek dalam sebuah bahasa ditentukan oleh letak geografis suatu
daerah dan region kelompok pemakainya. Sehingga dapat disebut dialek
geografis dan dialek regional. Batas-batas alam seperti sungai, gunung, laut,
hutan dan semacamnya membatasi dialek suatu masyarakat yang satu
dengan dialek yang lainnya. Semua kelompok sosial
berpotensi untuk mempunyai bahasa dengan ciri-ciri tertentu yang membedakan kelompok satu dengan kelompok lain. Jika potensi itu benar-benar menjadi
kenyataan, ‘bahasa’ kelompok ini bisa menjadi ‘dialek’ sosial atau
sekurang-kurangnya setiap kelompok mempunyai variasi bahasa sendiri (Sumarsono,
2010:21-26).
Bahasa berkaitan dengan dengan
sosial dan budaya suatu masyarakat dapat dipelajari dalam teori
sosiolinguistik. Menurut Wijana dan Rohmadi
(2006:7) Sosiolinguistik sebagai cabang ilmu linguistik
memandang kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakai bahasa di dalam
masyarakat, karena dalam kehidupan masyarakat manusia tidak lagi sebagai
individu, akan tetapi sebagai masyarakat social yang menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Oleh karena itu, segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia dalam
bertutur akan selalu dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di sekitarnya.
Masyarakat social merupakah kesatuan
dari manusia, bahasa dan memunculkan suatu budaya atau kebiasaan. Berkaitan
dengan hipotesis Sapir-Whorf, bahwa penggunaan bahasa mempengaruhi cara
berfikir manusia ini dapat diteliti dengan kajian antropologi linguistik.
Antropologi linguistikmemusatkan penilitiannya terhadap penyebaran bahasa umat
manusia di seluruh dunia.
PENELITIAN
Kabupaten Tuban adalah
salah satu kabupaten di Jawa
Timur yang
terletak di Pantai Utara Jawa Timur. Kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar
1,2 juta jiwa ini terdiri dari 20 kecamatan dan beribukota di Kecamatan Tuban.
Kota Tuban terletak diantara dua perbatasan wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kota Tuban berada di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jwa Tengah. Sebelah
barat kota Tuban adalah kota kota Rembang, sebelah selatan adalah kota
Bojonegoro dan sebelah timur adalah kota Gresik. Pusat pemerintahan Kabupaten Tuban terletak 100 km sebelah barat laut
Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur dan 210 km sebelah
timur Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah.
Pada jaman dahulu Tuban
merupakan pelabuhan utama Kerajaan Majapahit. Selain itu, Tuban menjadi salah satu pusat
penyebaran Agama
Islam oleh Walisongo termasuk Sunan Bonang yang dimakamkan di
sebelah alun-alun Tuban dan berdekatan dengan pantai utara. Tuban merupakan
tempat yang strategis untuk perjalanan darat dan laut dalam penyebaran agama
Islam di tanah Jawa.
Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas
22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten
Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o
40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian
daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi
bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan,
sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. . Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura berbatasan dengan kabupaten Rembang dan
pada deretan pegunungan kapur utara ang membentang dari Kota Gresik sampai Rembang
Jawa Tengah. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari
Kecamatan Jatirogo sebelah utara sampai kecamatan
Rengel di sebelah selatan Tuban, dan dari Kecamatan Merakurak utara sampai
Kecamatan Soko sebelah selatan Tuban. Sedangkan wilayah laut,
terbentang antara lima Kecamatan,
yaitu Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban
dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada di ujung Utara dan
bagian Barat Jawa Timur yang
berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa
Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten
Rembang. Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang
berada di Jalur Pantura dan titik
tertinggi 500 m yang berada di
Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai
Bengawan Solo yang mengalir dari Solo menuju Gresik.
Kabupaten Tuban memiliki kekhasan dalam
berbahasa. Masyarakat Tuban memiliki dialek khas pantura, sehingga membedakan
dengan dialek yang digunakan masyarakat sekitar Tuban. dilek yang berbeda tersebut
dipengaruhi oleh letak geografis Tuban, sehingga mempengaruhi bahasa.
Nama Tuban sangat serasi dengan keadaan
social, letak geografis dan mata pencaharian masyarakatnya. Sehingga penamaan
Tuban sangat menarik untuk diteliti. Selain untuk mengetahui sejarah penamaan
Tuban, juga untuk mengingat dan menjaga kebudayaaan yang miliki Tuban.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kualitatif. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara
induktif. Data-data yang telah dijelaskan sebelumnya dan akan ditarik sebuah
simpulan dari temuan-temuan yang telah ditemukan dari proses analisis. Prosedur
ini mencirikan bahwa penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif.
Objek penelitian ini adalah konsep penamaan Kabupaten Tuban. Sumber penelitian
ini adalah hasil wawancara dan observasi tentang sejarah penamaan Kabupaten
Tuban, Provinsi Jawa Timur. Teknik wawancara dilakukan untuk menggali informasi
tentang toponimi Kota Tuban. Seperti yang diakatakan oleh Sudaryanto
(1993:145), teknik simak libat cakap ini dilakukan dengan melakukan wawancara
dengan narasumber. Selanjutnya, data yang telah diolah akan disajikan dengan
metode penyajian informal. Metode penyajian informal ini dipilih karena data
yang diperoleh akan disajikan dengan uraian secara naratif (Sudayanto,
1993:145).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan wawancara terhadap pengelola
museum Kambangputih Tuban. Dinamakan tuban karena dahulu pada abad ke 11 sampai
15 Tuban bernama Kambang Putih. Tuban merupakan pelabuhan utama di pantai utara
yang banyak penduduk Tionghoanya. Orang Cina menyebut pantai utara sebagai
Duban atau Chumin. Pada tahun 1292 tentara Cina–Mongolia menyerang Jawa bagian
Timur dan mendarat di pantai Duban,
kejadian ini merupakan awal berdirinya kerajaan Majapahit. Tentara Mongolia
juga meninggalkan tanah Jawa dari pantai Duban, Karena lidah orang Jawa berbeda
dengan orang Cina, sehingga Ora Jawa menyebut Duban menjadi Tuban. Untuk mengurangi
kesimpang siuran tentang hari jadi kota Tuban bupati kepala daerah tingkat ii Tuban
(waktu itu dijabat Drs. Djoewahiri Martoprawiro), menetapkan tanggal 12 November1293
sebagai hari jadi kota Tuban.Panitia kecil yang dibentuk oleh pemerintah daerah
tingkat ii Tuban waktu itu memberi alasan bahwa ditetapkannya tanggal tersebut
karena bertepatan dengan diangkatnya Ronggolawe sebagai adipati Tuban. Ronggolawe
dianggap sebagai pahlawan bagi rakyat Tuban, dan dianggap sebagai bupati
pertama Tuban. Seperti halnya dengan kota-kota lain di jawa pada umumnya sumber
sejarah kabupaten Tuban sangat sulit didapat. Bahan tulisan yang ada penuh
dengan campuran antara sejarah dan legenda. Buku “Babad Tuban” yang ditulis
oleh Tan Khoen Swie (1936). Letaknya sumber air bersih tersebut (sumur srumbung)
berjarak kurang lebih 10 m dekat pantai, tapi sumur (sumber air) tersebut tetap
tawar dan segar,sumur srumbung ini dikisahkan bebas jejak perdebatan antara
pendeta dari China dengan Sunan Bonang, yang pada akhirnya Sunan Bonang
menancapkapkan tongkatnya di bibir pantai yang akhirnya keluar air yang tawar, yang
sekarang hampir hilang terkena abrasi yang diakibatkan gelombang laut yang
terus mengikis bibir pantai utara tanah jawa.
Demikian konsep penamaan Kabupaten Tuban
diberikan oleh orang China kemudian disempurnakan oleh Ranggalawe menjadi
Tuban. sedangkan hari jadi Tuban ditetapkan oleh bupati kepala daerah tingkat
ii Tuban oleh Drs. Djoewahiri Martoprawiro jatuh pada tanggal 12 November.
Konsep penamaan nama Tuban tidak lepas dari peran Sunan Bonang yang merupakan
pemuka agama di wilayah utara Jawa.
Kabupaten Tuban adalah
salah satu kabupaten di Jawa
Timur yang
terletak di Pantai Utara Jawa Timur. Kabupaten dengan jumlah penduduk sekitar
1,2 juta jiwa ini terdiri dari 20 kecamatan dan beribukota di Kecamatan Tuban.
Kota Tuban terletak diantara dua perbatasan wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kota Tuban berada di Jawa Timur yang berbatasan dengan Jwa Tengah. Sebelah
barat kota Tuban adalah kota kota Rembang, sebelah selatan adalah kota
Bojonegoro dan sebelah timur adalah kota Gresik. Pusat pemerintahan Kabupaten Tuban terletak 100 km sebelah barat laut
Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur dan 210 km sebelah
timur Semarang, ibu kota provinsi Jawa Tengah.
Pada jaman dahulu Tuban
merupakan pelabuhan utama Kerajaan Majapahit. Selain itu, Tuban menjadi salah satu pusat
penyebaran Agama
Islam oleh Walisongo termasuk Sunan Bonang yang dimakamkan di
sebelah alun-alun Tuban dan berdekatan dengan pantai utara. Tuban merupakan
tempat yang strategis untuk perjalanan darat dan laut dalam penyebaran agama
Islam di tanah Jawa.
Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.561 Ha, dan wilayah laut seluas
22.068 km2. Letak astronomi Kabupaten
Tuban pada koordinat 111o 30' - 112o 35 BT dan 6o
40' - 7o 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian
daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0 - 500 mdpl. Sebagian besar wilayah
Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi
bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan,
sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. . Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura berbatasan dengan kabupaten Rembang dan
pada deretan pegunungan kapur utara ang membentang dari Kota Gresik sampai Rembang
Jawa Tengah. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari
Kecamatan Jatirogo sebelah utara sampai kecamatan
Rengel di sebelah selatan Tuban, dan dari Kecamatan Merakurak utara sampai
Kecamatan Soko sebelah selatan Tuban. Sedangkan wilayah laut,
terbentang antara lima Kecamatan,
yaitu Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban
dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada di ujung Utara dan
bagian Barat Jawa Timur yang
berada langsung di Perbatasan Jawa Timur dan Jawa
Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten
Rembang. Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 m dpl yang
berada di Jalur Pantura dan titik
tertinggi 500 m yang berada di
Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai
Bengawan Solo yang mengalir dari Solo menuju Gresik.Kabupaten Tuban memiliki beberapa
dialek berbeda karena letak geografis yang berbeda. Misalkan kata ‘itu’ dalam
bahasa Tuban bagian selatan berada di perbatasan Kabupaten Bojonegorodan
kabupaten Tuban yang dibatasi dengan sungai Bengawan Solo, yaitu kecamatan
Rengel menjadi ‘kui leh’ Tuban bagian utara berhadapan langsung dengan laut utara, yaitu kecamatan
Tuban menggunakan ‘iku’, ‘ leh’ nya menghilang dan mengalami pertukaran fon. Tuban
bagian barat berada di perbatasan Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah, yaitu
Kecamatan Jatirogo menjadi ‘kui’ kata ‘leh’nya hilang dan masih menggunakan
kata ‘kui’.
Berikut adalah kebudayaan dan agenda budaya di Tuban : (1) Sandur, yaitu pertunjukan budaya
yang digelar di lapangan sehingga dapat ditonton oleh masyarakat luas. Sandur
merupakan pementasan suatu cerita. Untuk dapat menyaksikan sandur, penonton
diberi batasan berupa tali ataupun kayu sebagai alat pembatas. Di setiap pojok
panggung diberi janur kuning, juga sebagai pembatas penonton. Selain itu, ada
beberapa ritual yang harus dilakukan sebelum pementasan dan sebagai persyaratan
dalam pementasan sandur. Di setiap sisi diberikan kayu bambu yang menjulang
yang diikat saling terkait antara bambu satu dengan bambu lainnya. Di
tengah-tengah bambu diberikan makanan ketupat dan lepet sebagai sesaji. Di
tengah-tengah atau titik pusat arena ditancapkan gagar mayang (rontek) dengan
bendera kertas meliputi empat warna hijau, kuning, merah dan putih.(2) Lagu Tombo Ati, merupakan lagu ciptaan
Sunan Bonang dan menjadi nyanyian dan shalawatan di daerah Tuban pada masa penyebaran Agama Islam.
Lagu ini berisikan lima cara menenangkan hati manusia, yang pertama membaca alquran,
dan maknanya, yang kedua melaksanakan shalat malam, yang ketiga berkumpul
dengan orang yang shaleh, yang keempat berpuasa dan kelima memperpanjang dzikir
malam 3) Peringatan
Haul Sunan Bonang yang diselenggarakan setiap malam Jum'at Wage bulan Muharram (Sura)
biasanya dilakukan di makam Sunan Bonang sampai di alun-alun kota Tuban, (4) Sedekah Bumi, merupakan serangkaian acara
yang dilakukan sebagai bentuk
rasa syukur atas nikmat yang didapat dari hasil pertanian
Hipotesis Sapir-Whorf Penamaan Tuban
Masyarakat Tuban merupakan bagian dari masyarakat yang berbudaya Jawa.
Kluckhohn dalam Koentjaraningrat (2009:154) mengungkapkan lima dasar nilai
budaya yaitu hakikat hidup manusia, hakikat dari karya manusia, hakikat dari
kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, hakikat dari hubungan manusia dengan
alam sekitarnya, dan hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. Dari
kelima aspek tersebut, hakikat hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hal
yang paling penting dalam pemikiran masyarakat Jawa.
Masyarakat Tuban merupakan makluk sosial
budaya yang hidup berkelompok dengan tetap menjaga hubungan baik dengan sesama
manusia. Untuk mewujudkan sikap sosial, masyarakat Tuban sering berkumpul
menyaksikan pertunjukan sandur. Karena penamaan Tuban tidak lepas dari pemimpin
agama, yaitu Sunan Bonang. Sehingga masyarakat Tuban memiliki tingkat religious
yang tinggi, dengan sering melakukan pengajian dan haul Sunan Bonang. Makam
Sunan Bonang yang sering dikunjungi peziarah inilah yang mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat Tuban. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis Sapir-Whorf pada penamaan Tuban telah dapat
dibuktikan, yaitu pola pikir masyarakat Tuban didasari oleh letak geografis.
Letak geografis Kabupaten memunculkan pola pikir masyarakat yang kuat, pekerja
keras, penyabar dan bahasanya yang halus. Bahasa yang digunakan memunculkan
dialek yang berbeda di masing-masing kecamatan di Tuban. Masing-masing dialek
dapat dimengerti oleh masyarakat Tuban, karena walaupun di Kabupaten Tuban
memiliki beberapa dialek, tetapi mereka disatukan dengan budaya.
SIMPULAN
Penamaan Kabupaten Tuban awalnya
bernama Kambang Putih. Tokoh yang berperan penting dalam penamaan Tuban adalah
Ronggolawe yang akhirnya diangkat menjadi adipati pertama di Kabupaten Tuban.
kabupaten tuban berada dalam kondisi geografis yang berbeda, sehhingga dialek
yang digunaka juga berbeda, yaitu dialek geografis dan dialek region. Hipotesis
Sapir-Whorf pada penamaan Tuban telah dapat dibuktikan, yaitu pola pikir
masyarakat Tuban didasari oleh letak geografis. Letak geografis Kabupaten
memunculkan pola pikir masyarakat yang kuat, pekerja keras, penyabar dan
bahasanya yang halus. Bahasa yang digunakan memunculkan dialek yang berbeda di
masing-masing kecamatan di Tuban. Masing-masing dialek dapat dimengerti oleh
masyarakat Tuban, karena walaupun di Kabupaten Tuban memiliki beberapa dialek,
tetapi mereka disatukan dengan budaya.
DAFTAR
RUJUKAN
Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP), 2003, Buku Panduan Survei Toponim Pulau-Pulau.
Jakarta
Camalia, Mahabbatul. 2015. Toponimi Kabupaten Lamongan (Kajian Antropologi Linguistik). Semarang:
Jurnal Parole Undip.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Gramedia
Djamaris, Edwar. 1993.
Sastra Daerah di Sumatra: Analisis Tema, Amanat, dan
Nilai Budaya. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Depdikbud.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Kramsch, Claire. 2001. Language and Culture. New York: Oxford University Press
Pemerintah Kabupaten Tuban. 1987. Hari Jadi Tuban.
Sapir, Edward. 1921. Language: An Introduction to the Study of Speech. San Diego, New
York, London: Harcourt Brace Jovanovich Publishers.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana
Kebudayaan secara Linguistik. Yogjakarta: Duta Wacana University Press
Sumarsono. 2010. Sosiolinguistik.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Swie, Tan Khoen. 1936. Serat Babad Tuban.
Wijaya, Dewa Putu, dan Muhammad Rahmadi. 2006. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
No comments:
Post a Comment