Wednesday, January 30, 2019

MENGATASI BRUNTUSAN DI DAHI



Bruntusan di dahi memang mrngganggu penampilan. Tapi jangan khawatir, ada cara mudah untuk menghilangkan jerawat bruntusan dengan sangat cepat dan efektif tanpa harus facial ke dokter dengan biaya mahal.
Caranya cukup siapkan teh hijau dan madu aduk jadi satu lalu gunakan di wajah dan gosok-gosok seperti sedang memakai lulur. Kemudian diamkan sampai 15 menit. Lakukan 3x dalam seminggu dijamin jerawat bruntusan akan hilang.
Selamat mencoba.

Saturday, January 26, 2019

MANFAAT KOPI


Kopi hitam identik dengan laki-laki, warung dan rokok. Tapi tahukah kamu? Kopi hitam sangat berkhasiat dalam mencerahkan kulit wajah loh!
Kopi mengandung anti oksidan yang tinggi sehingga baik untuk mengankat sel kulit mati pada wajah. Gunakan kopi hitam yang sudah digiling menjadi masker wajah maka wajah yang kusam akan cerah seketika. Gunakan masker kopi minimal seminggu sekali.

Friday, January 25, 2019

MENGOBATI KOLESTEROL

Kolesterol memang sering mengganggu aktifitas. Tidak hanya menyerang orang tua, tapi anak muda sekarang juga terserang penyakit ini. Selain rasa sakit, juga rasa linu yang menyerang.
Berbagai macam obat sudah dicoba namun tidak juga sembuh. Kini anda tidak perlu khawatir, karena obat yang satu ini sangat mujarab mengobati kolesterol dan pegal linu.
Anda pasti belum tahu bahwa Ketan Hitam dapat menyembuhkan kolesterol. Caranya cuci bersih satu sendok makan ketan hitam kemudian seduh seperti menyeduh kopi, lalu minum airnya. Minumlah secara rutin di pagi hari pasti kolesterol berangsur membaik.

Wednesday, January 23, 2019

Biaya kuret

Periksa pertama di bidan yang tentunya punya alat usg itu habis 50 ribu. Periksa kedua di rumah sakit dan yang memeriksa adalah dokter Ratna itu habis 150ribu.
Hari ketiga yaitu tindakan kuret habis 1.750.000 sudah dapat obat anti nyeri, obat untuk luka dan obat untuk anti infeksi.
Kemudian kontrol seminggu setelah kuret habis 120 ribu rupiah.
Tapi harga ini tidak sama di setiap rumah sakit. Ini hanya sebagai referensi biaya kuret yang harus anda ketahui.

Wednesday, January 9, 2019

NIFAS PASCA KEGUGURAN

Nifas adalah keluarnya darah setelah melahirkan yang umumnya berlangsung selama empat puluh hari. Nifas juga terjadi pada wanita yang keguguran atau setelah melakukan tindakan kuretase. Nifas pada wanita yang keguguran sama dengan wanita yang hamis melahirkan.
Masa nifas seseorang berbeda-beda. Umumnya lama nifas adalah 40 hari, tetapi ada juga yang tiga hari masa nifas sudah berhenti. Tetapi, ada juga yang masa nifasnya dua hari kemudian berhenti dan hari berikutnya kembali mengeluarkan darah lagi. Masa nifas yang berbeda tidak perlu ditakuti, karena hal itu merupakan hal yang wajar terjadi. Karena kondisi dan hormon seseorang berbeda-beda.
Pada wanita yang habis melahirkan, akan mengalami haid kembali setelah sebulan masa nifas selesai. sama seperti wanita melahirkan, wanita yang keguguran atau sehabis kuret juga akan mengalami haid kembali setelah sebulan masa nifas selesai.

Monday, January 7, 2019

TANDA-TANDA KEHAMILAN KOSONG

Kehamilan kosong (blighted ovum) adalah kehamilan yang positif tetapi tidak ada janin di dalam rahim. Jadi kehamilan ini tetap dinyatakan positif dan memiliki tanda-tanda yang sama seperti kehamilan pada umumnya, yaitu mual muntah, tespek positif, dan ada kantung ketuban tetapi didalamnya tidak ada janin yang berkembang.
Faktor yang menyebabkan terjadinya BO adalah kualitas sel sperma dan indung telur yang buruk. Sehingga pembuahan berlangsung tidak sempurna.
BO dapat terdeteksi sebelum umur kehamilan 20 minggu. Biasanya akan terjadi flek atau pendarahan yang memicu kegugura.
Penanganan BO adalah dengan kuretase atau kuret, yaitu prosedur media dalam pengangkatan kantong ketuban yang ada di dalam rahim.
Untuk lebih jelasnya silahkan cek video di link  https://youtu.be/5DBdl4LaEpQ



CIRI-CIRI HAMIL MUDA

Ciri-ciri hamil muda sangat mirip dengan ciri-ciri pra menstrulasi jadi jangan bingung ketika mengalaminya.
Berikut adalah ciri-ciri hamil muda:
1. Sering buang air kecil
    Ketika sedang hamil seorang ibu akan mengalami hal ini. Sering buang air kecil dalam beberapa menit bisa berulang kali buang air kecil. Hal ini terjadi karena dorongan janin yang ada dalam rahim sehingga uretus sering mengeluarkan cairan yang disebut urin.

2. Sembeliti
Seorang ibu hamil akan mengalami sembelit, yaitu keadaan dimana seseorang akan mengalami susah buang air besar dan terasa mulas saat buang air besar.

3. Mood berubah
Mood yang sering berubah ubah juga dirasakan oleh ibu hamil. Mereka yang biasanya ceria terkadang berubah menjadi pemarah atau sebaliknya.

4. Pinggul berkembang
Keadaan ini terjadi karena tubuh akan mempersiapkan tempat untuk calon bayi didalam rahim, sehingga pinggul yang awalnya ramping akan menjadi lebih besar.

5. Sering Mengantuk
Selain moodi, ibu hamil juga akan merasakan sering mengantuk karena terjadi perubahan hormon yang meningkat.

6. Tespek positif
Ciri-ciri kehamilan yang paling jelas adalah tespek positif. Tespek positif ditandai dengan adanya dua garis merah pada alat tespek.

Untuk mengetahui ciri-ciri kehamilan yang lebih jelas. Kamu bisa lihat videonya di link yang tersedia.https://youtu.be/irYA6zWx97g

Sunday, January 6, 2019

PEMEROLEHAN SINTAKSIS


PEMBAHASAN

2.1 Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Sintaksis

Banyak pakar menganggap bahwa pemerolehan sintaksi anak mulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (bagian kata). Bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengmbil satu kata dari seluruh kalimat itu. Dalam pola pikir yang masih sedrhana, tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus informasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dari tiga kata pada kalimat Dini mau bubuk,  yang baru adalah kata bubuk. Karena itulah anak memilih buk, dan bukan di atau mau. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu Kata(USK), anak tidak akan sembarangan saja memilih kata itu, di akan memilih kata yang memberikan informasi baru. Ciri USK antara lain adala sebagai berikut.     

1.      Dari segi sintaksisnya, USK sangatlah sederhana karena memang hanya terdiri dari satu kata saja, bahkan untuk bahsa seperti bahasa Indonesia hanya sebagian saja dari kata itu. Namun, dari segi semantiknya, USK adalah komleks karena satu kata ini bisa memiliki leih dari satu makna. Sebagai contoh anak yang mengatakan /bi/ untuk mobil bermaksud mengatkan:

a)      Ma, itu mobil.

b)      Ma, ayo kita ke mobil.

c)      Aku mau ke mobil,

d)     Aku minta (mainan) mobil.

e)      Aku nggak mau mobil.

f)       Papa ada di mobil. Dsb.

Ujaran satu kata yang mempunyai beragai makna tersebut dinamakan ujaran holofrastik.

2.      USK hanya terdiri dari CV saja. Bila kata itu CVC maka C yang dilesapkan. Kata mobil, misalnya terwujud sebagai /bi/  saja. Pada umur 2;0 misalnya Echa menamakan kan sebagai /tan/, persis sama dengan kata untuk bukan. Pada walnya USK juga tidak ada guusan konsonan. Semua gugus yang ada di awal atau akhir kalimat disederhanakan menjadi satu konsonan saja. Seperti kata putri (untuk eyang putri) diucapkan oleh Echa mula-mula sebagi eyang /ti/.

3.      Bahwa kata-kata yang dipakai hanyalah kata-kata dari kategori sintaktik utama (content words), yakni nomina, verba, adjektiva, dan mungkin juga verbia. Tidak ada kata fungsi seperti dari atau ke.  Disamping itu, kata-katanya selal dari kategori sinidan kini. Tidak ada yang merujuk kepada yang tidak ada disekitar atau pun ke masa lalu dari masa depan. Anak juga menyatakan nggak, pengulangan lagi, dan habisnya sesuatuabis.

Umur 2 tahun anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata, UDK (Two Word Utterance). Anak mulai dengan dua kata yang diselingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Jeda ini makin lama makin pendek sehingga menjadi ujaran yang normal. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas.  Contoh anak mengatakan /lampunala/ “lampu nyala”, kita lebih bisa menrka apa yang dimaksud anak dari pada kalau kita hanya mendengar /lampu/ atau /nala/ saja. Ciri UDK adalah sebagai berikut.

1.      UDK sintaksisnya leih kompleks karena adanya dua kata tetapi semantiknya makin lebih jelas.

2.      Kedua kata ini adalah kata-kata dari ketegori utama: nomina, verba, adjektiva, atau bahkan adverbia. Belum ada kata fungsi seperti di, yang, dan, dsb. Karea wujud ujaran yang seperti bahasa tilgram ini maka UDK sering juga disebut sebagai ujaran telgrafik.

3.      Pada UDK  belum ditemukan afiks macam apapun  untuk bahasa inggris, misalnya belm ada infleksi –s untuk jamak atau kata ini: belum ada –ing untuk kata progresif, dsb. Untuk bahasa Indonesia, anak juga belum mamakai prefix meN- atau sufiks –kan, -i, atau –an.

Setelah UDK tidak ada ujaran tiga kata yang merupakan tahap khusus,. Pada umumnya, pada saat anak mulai memakai UDK, dia juga masih memakai USK. Setelah beberapa lama memakai UDK dia juga mulai mengelurkan ujaran tiga akata atau bahkan lebih. Jadi, anatara satu jumlah kata dengan jumlah kata lain bukan merupakan tahap yang terputus.

2.2 Teori-Teori yang Berkaitan dengan Pemerolehan Sintaksis

1.      Teori tata bahasa pivot

Kajian mengenai pemerolehan sintaksis oleh anak-anak dimuai oleh Braene (1963), Bullugi (1964), Brown dan Frraser (1964), dan Miler dan Erwin. Menurut kajian awal ini ucapan dua kata kanak-kanak ini terdiri dari dua jenis kata menurut posisi dan frekuensi munculnya kata-kata itu di dalam kalimat. Kedua jenis kata ini kemudian dikenal dengan nama kelas pivot dan kelas terbuka. Kemudian berdasarkan kedua jenis kata ini lahirlah teori yang disebut teori tata bahasa pivot. Pada umumnya kata-kata yang termasuk kelas kata pivot adalah kata-kata fungsi, sedangkan yang termasuk kelas terbuka adalah kata-kata isi atau kata penuh seperti kata-kata kategori nomina dan verba.

            Mc. Neil (1966) merumuskan kalimat dua kata kanak-kanak itu sebagai berikut.

 S →    (P) O

(O)

Cara menguraikan ucapan kanak-kanak pada tahap dua kata ini berdasarkan posisi dan frekuensinya adalah sebagai akibat dari apa yang disebut discovery procedure yang digunakan oleh linguistik deskriptif pada tahun lima puluh. Tata bahasa pivot menyatakan bahwa pemerolehan sintaksis kanak-kanak dimulai dengan kalimat-kalimat yang terlihat pada kata-kata pivot. Namun, cara ini menurut psikolinguistik modern sangat tidak memadai (Greenfild dan Smith, 1976: 6). Selain daripada itu pakar-pakar seperti Bloom, Bowerman, dan Brown menyatakan sebagai berikut

a.       Kata-kata pivot bisa muncul juga sendirian.

b.      Kata-kata pivot juga bergabung dengan kata pivot lain dalam sebuah kalimat.

c.       Pada kalimat-kalimat dua kata yang dibuat kanak-kanak terdapat juga kata-kata dari kelas lain selain pivot dan kelas terbuka.

d.      Tata bahasa pivot tidak dapat menampung semua ucapan-ucapan dua kata.

e.       Pembagian kata-kata pivot dan kelas terbuka tidak mencerminkan bahasa-bahasa lain, selain bahasa inggris.

2.      Teori hubungan tata bahasa nurani

Chomsky mengatakana bahwa hubungan-hubungan tata bahsa tertentu seperti “object-of, predicate-of, dan direct object-of” adalah berdsifat universal dan dimiliki oleh semua bahasa yang ada di dunia ini. berdasarkan teori tersebut Mc. Neil menyatakan bahwa pengetahuan kanak-kanak mengenai hubungan-hubungan tata bahasa universal adalah bersifat nurani. Teori tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut.

K→ FN + FV

Mc. Neil menyatakan bahwa ucapan-ucapan dua kata atau lebih dari kanak-kanak dapat dianalisis berdasarkan hubungan-hubungan yang digambarkan dalam rumus karena ucapan dua kata itu sesungguhnya mempunyai struktur juga. Bukan merupakan gabungan kata-kata yang sewenang-wenang. Jika ucpan kata itu merupakan bentuk tanpa struktur, maka semua bentuk gabungan yang mungkin bisa saja terjadi. Kenyataanya kanak-kanak hanya menggunakan gabungan-gabungan tertetu saja. Jadi, ucapan-ucapan dua kata itu memang mempunyai struktur.

3.      Teori hubungan tata bahasa dan informasi situasi

Sehubungan dengan teori hubungan tata bahasa nurani, Bloom mengatakan bahwa hubungan-hubungan tata bahasa tanpa merujuk pada informasi situasi (konteks) belumlah mencukupi untuk menganaisis uacapan atau ahasa kanak-kanak. Maka untuk dapat menganalisis ucapan kanak-kanak itu informasi situasi iniperlu diperhatikan. Bloom juga menyatakan bahwa suatu gabungan kata telah digunakan oleh kanak-kanak dalam suatu situasi yang berlainan. Digunakannya sebuah gabungan kata untuk mewakili situasi akan menyebabkan gabungan kata itu menjadi taksa (ambigu) dan meragukan. Satu-satunya cara untuk menganalisis gabungan kata yang meragukan itu adalah dengan cara memberikan representatif yang berlainan kepada gabungan kata itu menurut situasi-situasi di mana gabungan kata itu digunakan. Oleh karena informsi situasi dapat memberikan pertolongan dalam menentukan hubungn-hubungan ini, maka informasi situasi inilah yang harus digunakan untuk menetukan hubungan tata bahasa ucapan-ucapan kata dari anak-anak.

4.      Teori kumulatif kompleks

Brown mengatakan bahwa urutan pemerolehan sintaksis oleh kanak-kanak ditentuan oleh komulatif kompleks semanntik morfem dan kumulatif kompleks tata bahasa yang sedang diperoleh itu, jadi sama sekali tidak ditentukan oleh frekuensi munculnya morfem atau kata-kata itu dalam ucapan orang dewasa.

5.      Teori pendekatan semantik


Salah satu tata bahasa yang didasari padda komponen semantik diperkenalkan oleh Fillmore yang dikenal dengan nama tata bahasa kasus. Teori ini telah digunakan sebagai dasar untuk menganalisi data-data perkembangan bahsa. Dalam teorinya, Fillmore menunjukkan bahwa transformasi-transformasi tata bbahasa tidak diatur oleh rumus-rumus sintaksis, melainkan oleh hubungn-hubungan semantik yang ditandai oleh kategori-kategori kasus itu.



BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Proses pemerolehan bahasa dalam bidang sintaksi pada anak dimulai dengan mengucapkan satu kata (bagian kata). Proses ini terjadi pada waktu anak berusia dua tahun. Dalam pemerolehan bahasa dibidang sintkasis ini terdapat lima teori, yakni teori tata bahsaa pivot, teori hubungan tata bahasa nurani, teori hubungan tata bahsa dan informasi situasi, teori kumulatif kompleks, dan teori pendekatan semantik.

3.2    Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini, baik dari pembaca maupun penulis dapat mengetahui dan memahami mengenai pemerolehan bahasa dalam bidang sintaksis yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran yang lebih lanjut.



































DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2015. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjiwidjojo, Soenjono. 2014. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Bahasa Kedua

1.      Menurut Chaer dan Agustina

Pemerolehan bahasa kedua adalah rentang bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambaha sedikit mengetahui bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara bertahap, sampai akhirnya penguasaan B2 sama baiknya dengan B1.

2.      Kholid A. Harras

Bahasa kedua adalah bahasa yang diperoleh anak setelah mereka memperoleh bahasa pertama.

3.      Henry Guntur Tarigan

Pemerolehan bahasa kedua diartikan dengan mengajar dan belajar bahasa asing dan atau bahasa kedua lainnya.

4.      Menurut Dardjowidjojo

Pemerolehan bahasa kedua diperoleh melalui proses orang dewasa yang belajar di kelas adalah pembelajaran secara formal di perbandingkan dengan bahasa permata secara alamiah.

5.      Wikipedia

Pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu, mereka mengacu pada aspek sadar dan bawah sadar dari masing-masing proses. Bahasa kedua atau B2 biasanya mengacu pada semua bahasa yang dipelajari setelah bahasa ibu mereka, yang juga disebut bahasa pertama, B1.

B.     Pemerolehan Bahasa Kedua

Ada beberapa pengertian terhadap pemerolehan bahasa kedua yaitu:

a.       Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa yang guru lakukan.

b.      Menurut Chaer A. dan Agusitina,2004. Pemerolehan bahasa kedua atau bilingualisme adalah rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya dengan B1.

c.       Menurut Akhadiah, S., dkk dalam (1997:2.2) pemerolehan bahasa kedua adalah proses saat seseorang memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu ia menguasai sampai batas tertentu bahasa pertamanya.

d.      Menurut Stren (1983 dalam Akhadiah, S., dkk ,1997:2.2) menyamakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Tetapi bagi kondisi di Indonesia kita perlu membedakan istilah bahasa kedua dengan bahasa asing. Bagi kondisi di first languange yang berwujud bahasa daerah tertentu, bahasa kedua second languange yang berwujud bahasa Indonesia atau bahasa asing (foreign languange). Bahasa kedua biasanya merupakan bahasa resmi di negara tertentu. Oleh sebab itu bahasa kedua sangat diperlukan untuk kepentingan politik, ekonomi, dan pendidikan.

Maka, pemerolehan bahasa kedua merupakan proses atau tahapan untuk memperoleh dan belajar bahasa baru setelah menguasai bahasa pertama atau bahasa ibu dengan tujuan tertentu sehingga dapat menguasai bahasa kedua sebaik bahasa pertamanya.

C.    Proses pemerolehan bahasa kedua

Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mepunyai dua cara yang berbeda mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua seperti:

a.       Pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangankan kemampuan dalam bahasa pertama mereka, Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar (sadar/disengaja). Pemrolehan bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.

b.      Untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya mempelajarinya. Akan tetapi ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatka sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Jadi, pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa.

Sebagaimana proses kemampuan B1, kemampuan B2 pun untuk mendapatkan kompetensi semantik, kompetensi sintaksis, dan kompetensi fonologi. Hal itu disebabkan oleh kenyataan bahwa ketiga kompetensi tersebut merupakan subtansi dari kompetensi linguistik.Untuk dapat berbahasa (B1 atau B2) dengan baik, seseorang harus menguasai tiga kompetensi tersebut.  Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan subtansi antara proses yang terjadi pada kemampuan B 1 dan B2.

Proses penguasaan B2 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1)        Proses belajar bahasa secara sengaja.

2)        Berlangsung setalah terdidik berada di sekolah.

3)        Lingkungan sekolah sangat menentukan.

4)        Motivasi si terdidik tidak sekuat saat memppelajari bahasa pertama.

5)        Waktunya terbatas.

6)        Si terdidik tidak mempunyai banyak waktu untuk mempraktekkan bahasa yang dipelajari.

7)        Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.

8)        Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat, sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.

9)        Dan disediakan alat bantu belajar.

Tarigan (1988:125-126) mengacu pada La Foge (1983) mengatakan bahwa terdapat tiga ciri proses pembelajaran bahasa kedua; 1) pembelajaran bahasa adalah manusia, karenannya pembelajaran bahasa terjadi dalam interaksi social antar individu (guru, siswa) yang di dalamnya berlaku hokum-hukum social, 2) pembelajaran berlangsung dalam interaksi yang dinamis, berarti bahwa pembelajar tumbuh dan berkembang menuju ke “kedewasaan ber-B211, sehingga dalam proses ini pengajar diharapkan memberikan segala pengalamannya untuk membantu pembelajar, 3) pembelajaran berlangsung dalam suasana reponsif. Artinya, proses pembelajaran merupakan kesempatan besar bagi pembelajar untuk melakukan respo.Pancingan dapat diberikan oleh pengajar atau sesame pembelajar.

D.    Strategi Kemampuan Bahasa Kedua

1.      Pengertian Strategi

      Istilah strategi diambil dari bahasa inggris, strategy.Kata itu mengandung makna rencana, tahapan, atau kesadaran untuk bertindak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Dalam bidang pendidikan strategi diberi makna baru dan ditransformasikan kedalam strategi belajar.Dalam hal ini, strategi belajar didefinisikan sebagai langkah-langkah yang dilakukan oleh pembelajar untuk menambah kemampuan, penyimpanan, pemroduksian kembali, dan penggunaan informasi.

      Berkaitan dengan definisi tersebut dimunculkan definisi baru strategi belajar bahasa, yaitu tindakan khusus yang dilakukan oleh pembelajar untuk mempermudah, mempercepat, lebih menikmati, lebih mudah memahami secara langsung, lebih efektif, dan lebih mudah ditransfer ke dalam situasi yang baru (Oxfroad, 1992:8).

2.      Macam-Macam Strategi Kemampuan Bahasa Kedua

      Oxford(1992) membagi kemampuan B2 ke dalam dua keompok besar, yaitu strategi langsung dan strategi tak langsung.

a.       Strategi langsung

            Strategi yang melibatkan secara langsung sasaran bahasa terhadap pembelajar. Semua strategi langsung memerlukan proses mental, tetapi proses dan tujuannya berbeda-beda. Strategi langsung ini digunakan oleh pembelajar untuk mengatasi masalah kebahasaannya melalui sentuhan langsung dengan materi kebahasaan yang ada. Strategi ini terdiri atas tiga: (a) strategi memori, (b) strategi kognitif, dan (c) strategi kompensasi.

            Strategi memori ini dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mengingat informasi yang potensial untuk diproduksi. Strategi memori merefleksikan hal-hal yang sederhana: mengatur hal-hal yang sedrhana, membuat asosiasi, dan melakukan penelaahan. Dan strategi ini sangat relevan untuk pembelajaran kosakata. Dalam mempelajarai kosakata, strategi memori memiliki kelebihan (1) memungkinkan pemebalajar menyimpan informasi verbal dan kemudian mencarinya kembali saat dibutuhkan untuk berkomunikasi dan (2) pada tingkat penelaahan membantu keterangan dari tingkat fakta sampai pada tingkat keterampilan yang dalam hal ini berupa pengetahuan procedural dan otomatis.

            Strategi kedua pada strategi secara langsung adalah strategi kognitif. Strategi ini memiliki banyak variasi dalam aplikasinya: mengulang materi, menganalisis ungkapan, dan meringkas. Fungsi utama strategi ini adalah manipulasi atau trasformasi bahasa sasaran oleh pembelajar.Dan peranan yang paling penting dalam strategi ini adalah untuk pelatihan, penerimaan, dan pengiriman pesan, serta penganalisaan dan penalaran.

            Strategi kompensasi merupakan strategi dalam strategi secara langsung yang ketiga.Strategi ini dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan atau ketidakmampuan pembelajar dalam struktur B2 atau khususnya dalam kosakata.Strategi ini dapat dikembangkan baik ketika pembelajar sedang aktif berbahasa secara reseptif maupun secara produktif.Untuk pembelajar yang sedang berbahasa secara reseptif, aktivitas yang termasuk strategi ini adalah penekanan secara masuk akal. Menerka sebenarnya merupakan suatu cara khusus memperoleh keterangan yang baru atau mengiterprestasikan data dengan menggunakana konteks berdasarkan pengalaman kehidupan pribadi. Menerka secara masuk akal ini dapat dilakuakn dengan petunjuk linguistik (kosakata struktur) dan melalui petunjuk nonlinguistik (koteks, konteks, situasi, pengetahuan tentang dunia).

b.      Strategi secara tidak langsung

            Strategi untuk pengaturan belajar bahasa secara umum.Jika strategi secara langsung memiliki hubungan langsung dengan pemecahan problema kebahasaan, strategi tak langsung tidak. Ibarat peran direktur permainan, strategi tak langsung memerankan berbagai fungsi sebagai tuan rumah: menfokuskan, mengorganisasi, menimbang, mengecek, mengoreksi, menumbuhkan percaya diri dan menghibur para pelaku, demikian pula menyakinkan agar para aktor  (strategi langsung) dapat bekerja sama dengan para aktor lain dalam dalam permainan (penyelesaian tugas B2). Yang tergolong strategi tak langsung ini adalah (a) strategi metakognitif, untuk mengkoordinasi proses belajar, (b) strategi afektif, untuk mengatur aspek emosi, (c) strategi social, untuk belajar dengan orang lain.























BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1.      Bahasa kedua merupakan bahasa yang dipelajari oleh seorang anak setelah menerima dan mempelajari bahasa yang diajarkan oleh ibunya (bukan bahasa

ibu). Dalam pengertian lain, bahasa kedua adalah bahasa yang didapatkan dari lingkungan di luar rumah, seperti lingkungan sekolah, tempat bermain, dan lingkungan sosial.

2.      Ciri-ciri bahasa kedua

Proses penguasaan B2 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1)      Proses belajar bahasa secara sengaja.

2)      Berlangsung setalah terdidik berada di sekolah.

3)      Lingkungan sekolah sangat menentukan.

4)      Motivasi si terdidik tidak sekuat saat memppelajari bahasa pertama.

5)      Waktunya terbatas.

6)      Si terdidik tidk mempunyai bnyak waktu untuk mempraktekkan bahasa yang dipelajari.

7)      Bahasa pertama mempengaruhi proses belajar bahasa kedua.

8)      Umur kritis mempelajari bahasa kedua kadang-kadang telah lewat, sehingga proses belajar bahasa kedua berlangsung lama.

9)      Dan disediakan alat bantu belajar.

3.      Strategi kemampuan bahasa kedua

a.       Strategi langsung adalah strategi yang melibatkan secara langsung sasaran bahasa terhadap pembelajar. Semua strategi langsung memerlukan proses mental, tetapi proses dan tujuannya berbeda-beda. Strategi langsung ini dugunakan oleh pembelajar untuk mengatasi masalah kebahasaannya melalui sentuhan langsung dengan materi kebahasaan yang ada.

b.      Strategi secara tidak langsung adalah strategi untuk pengaturan belajar bahasa secara umum. Jika strategi secara langsung memiliki hubungan langsung dengan pemecahan problema kebahasaan, strategi tak langsung tidak.







DAFTAR RUJUKAN



Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.




PEMEROLEHAN BAHASA PERTAMA


PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali seorang anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari sang ibu sewaktu anak tersebut terlahir ke dunia. Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun seterusnya yang disebut dengan akuisisi bahasa (language acquisition) tergantung dengan lingkungan sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut melalui proses pembelajaran.

Pemerolehan Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan terlebih dalam proses pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi). Seorang bayi hanya akan merespon ujaran ujaran yang sering didengarnya dari lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibunya yang sangat sering didengar oleh anak tersebut.(nahulinguistik.wordpress.com)

Dari latar belakang diatas maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa yang dimaksud pemerolehan bahasa pertama?

2.      Bagaimana proses pemerolehan bahasa pertama?

1.3  Tujuan Penulisan

1.      Memberikan pemaparan mengenai pemerolehan bahasa pertama.

  1. Memberikan pemaparan mengenai proses pemerolehan bahasa pertama.















BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pemerolehan Bahasa Pertama

Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa (language learning).Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.(Chaer, 2015:167).

Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial.Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan, kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat.

Melalui bahasa khusus bahasa pertama (B1), seorang anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat.B1 menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, dan pendirian, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap ada.Ia belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima anggota masyarakatnya, ia tidak selalu boleh mengungkapkan perasaannya secara gamblang.

Sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit demi sedikit apabila ada rangsangan dunia sekitarnya sebagai masukan atau input (yaitu apa yang dilihat anak, didengar, dan yang disentuh yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar anak yang mereka alami). Lama kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Setelah itu sistem bahasanya lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata bahasanya pun terbentuk.



2.2  Proses Pemerolehan Bahasa Pertama

Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Prosesyang dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan.

Kompetensi adalah proses penguasaan tata bahasa(fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) secara tidak disadari. Kompetensi inidibawa oleh setiap anak sejak lahir.Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensimemerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.

1. Fonologi

Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari.Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.

2. Morfologi

Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.

3. Sintaksis

Anak-anak mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat.

4. Semantik

Anak menggunakan kata-kata tertentu berdasarkan kesamaan gerak, ukuran, dan bentuk.Misalnya, anak sudah mengetahui makna kata jam. Awalnya anak hanya mengacu pada jam tangan orang tuanya, namun kemudian dia memakai kata tersebut untuk semua jenis jam.



Performansi adalah kemampuan anak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.Performansi terdiri dari dua proses, yaitu proses pemahaman dan proses penerbitankalimat-kalimat. Proses pemahaman melibatkan kemampuan mengamati ataumempersepsi kalimat-kalimat yang didengar, sedangkan proses penerbitan melibatkankemampuan menghasilkan kalimat-kalimat sendiri (Chaer 2003:167).

2.3 Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama

Tahap-tahap pemerolehan bahasa yang dibahas dalam makalah ini adalah tahap linguistik yang terdiri atas beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2) tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua kata; (4)tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).

1.      Vokalisasi Bunyi

Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur.Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas.Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling). 

Celoteh merupakan ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da.Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan dengan pasti. Mar’at (2005:43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada usia antara 5 dan 6 bulan. Misalnya, papapa mamama bababa…

2.      Tahap Satu-Kata atau Holofrastis

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan.Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. Misalnya “mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di sini).

3.      Tahap Dua-Kata, Satu Frase

Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20 bulan.Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama mam dan papa ikut.Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek + predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan jamak belum dapat digunakan.Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani sedang bermain dengan mainan”.

4.      Ujaran Telegrafis

Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Misal, Apa itu?

1.4  Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Bahasa Pertama

A.    Faktor internal

1)      Perkembangan Kognisi

Kognisi anak berkembang minimal dalam tiga hal, yaitu :

Ø  Dalam pemerolehan makna sebelum bunyi

Ø   Pemerolehan waktu, ruang, modalitas dan hubungan sebab akibat

Ø  Adanya gerak kognisi dari terbatas tiruan sesunguhnya dan gerak kreatif (oposisi) chomsky menyatakan bahwa sejak lahir anak manusia dibekali dengan alat pemerolehan bahasa (lad)

2)      Hipotesis Bawaan

Menurut Chomsky sebagian besar kemampuan berbahasa manusia di tentukan oleh faktor genetiknya sejak lahir manusia di bekali dengan alat perkembangan bahasa yang sering disikat dengan LAD.

3)      IQ Dan Pemerolehan Bahasa

     Dalam kaitan antara IQ dan pemerolehan bahasa Gadner (1983) dalam bradja (1994) mengatakanIQ seseorang dibagikan kedalam:

Ø Intelengensi kebahasaan.

Ø Intelengensi berpikir secara logis dan matematis.

Ø Intelegensi spasial (yaitu kemampuan untuk menemukan jalan pada suatulingkungan, Kemampuan untuk membentuk image mental dan realita dan dengan cepat dapat ditransformasikan.

Ø  Intelegensi musikal (kemampuan mengucapkan dan menerima nada dan pola irama tertentu

Ø  Intelegensi kinestik badani (gerakan metorik yang anggun,ketangkasan dalam atletik seni tari.

Ø  Intelegensi interpesonal (kemampuan memahami orang lain,bagaiman bertenggang rasa.

Ø  Intelegensi intrapersonal (kemampuan mengadakan introspeksi,melihat dirinya sendiri,mengembangkan apa yang disebut sense of identity)

B.     Faktor  eksternal

1.      Lingkungan Social

Sebagaimana menjadi keyakinan dalam dunia pendidikan,lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar dalam usaha pendidikan anak.

2.      Kesempurnaan Masukan

Dalam hubunganya dengan kesempurnaan masukan ini,Bradja(1990) mengemukakan: Lingkungan kawan sebaya dapat memiliki pengaruh lebih besar dari pada orang tua(BI)dan guru(B2). Bahasa orang tua berpengaruh  pada pemerolehan BI dan bahasa guru berpengaruh pada pemerolehan BI.








BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemerolehan bahasa pertama adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Selama penguasaan bahasa pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini tentu saja diperoleh oleh anak secara tidak sadar.

Pada tahap kompetensi meliputi proses fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik. Dan ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa pertama. Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap dua-kata, tahap dua-kata, ujaran telegrafis.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa pertama anak adalah: faktor internal yang meliputi perkembangan kognisi, hipotesis bawaan dan iq dan pemerolehan bahasa. Sedang pada faktor eksternal meliputi lingkungan social, kesempurnaan masukan.

3.2  SARAN

Saran yang ingin disampaikan penulis adalah, Diharapkan makalah ini akan berguna bagi calon pendidik.








DAFTAR PUSTAKA



Chaer.Abdul.2015. Psikolinguistik:Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

https://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/