PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap orang tentu saja tidak terlepas dari bahasa. Pertama kali seorang
anak memperoleh bahasa yang didengarkan langsung dari sang ibu sewaktu anak
tersebut terlahir ke dunia. Kemudian seiring berjalannya waktu dan seiring
pertumbuhan si anak maka ia akan memperoleh bahasa selain bahasa yang diajarkan
ibunya itu baik bahasa kedua, ketiga ataupun seterusnya yang disebut dengan
akuisisi bahasa (language acquisition) tergantung dengan lingkungan
sosial dan tingkat kognitif yang dimiliki oleh orang tersebut melalui proses
pembelajaran.
Pemerolehan
Bahasa merupakan sebuah hal yang sangat menajubkan terlebih dalam proses
pemerolehan bahasa pertama yang dimiliki langsung oleh anak tanpa ada
pembelajaran khusus mengenai bahasa tersebut kepada seorang anak (Bayi).
Seorang bayi hanya akan merespon ujaran ujaran yang sering didengarnya dari
lingkungan sekitar terlebih adalah ujaran ibunya yang sangat sering didengar
oleh anak tersebut.(nahulinguistik.wordpress.com)
Dari latar belakang diatas
maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah, sebagai berikut:
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud pemerolehan bahasa pertama?
2.
Bagaimana proses pemerolehan bahasa
pertama?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Memberikan pemaparan mengenai
pemerolehan bahasa pertama.
- Memberikan pemaparan mengenai proses pemerolehan bahasa pertama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemerolehan
Bahasa Pertama
Pemerolehan
bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak
kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa (language learning).Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu
seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa
pertamanya. Jadi, pemerolehan bahasa berkenaan dengan bahasa pertama, sedangkan
pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua.(Chaer, 2015:167).
Pemerolehan
bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan
karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial.Mempelajari
bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi
anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan,
kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa
merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya,
moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat.
Melalui
bahasa khusus bahasa pertama (B1), seorang anak belajar untuk menjadi anggota
masyarakat.B1 menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan,
keinginan, dan pendirian, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap ada.Ia
belajar pula bahwa ada bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima anggota
masyarakatnya, ia tidak selalu boleh mengungkapkan perasaannya secara gamblang.
Sistem
pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit demi sedikit apabila ada
rangsangan dunia sekitarnya sebagai masukan atau input (yaitu apa yang dilihat
anak, didengar, dan yang disentuh yang menggambarkan benda, peristiwa dan
keadaan sekitar anak yang mereka alami). Lama kelamaan pikirannya akan
terbentuk dengan sempurna. Setelah itu sistem bahasanya lengkap dengan
perbendaharaan kata dan tata bahasanya pun terbentuk.
2.2 Proses Pemerolehan Bahasa Pertama
Selama
pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yang
terjadi ketika seorang kanak-kanak memperoleh bahasa pertamanya. Prosesyang
dimaksud adalah proses kompetensi dan proses performansi. Kedua proses ini
merupakan dua proses yang berlainan.
Kompetensi
adalah proses penguasaan tata bahasa(fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik) secara tidak disadari. Kompetensi inidibawa oleh setiap anak sejak
lahir.Meskipun dibawa sejak lahir, kompetensimemerlukan pembinaan sehingga
anak-anak memiliki performansi dalam berbahasa.
1. Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya
dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang
sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari.Pada akhir periode
berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur
bahasa yang dipelajarinya.
2. Morfologi
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem
yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan
gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan
apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia
sepuluh tahun.
3. Sintaksis
Anak-anak mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang
dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan, melalui penggolongan
morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara
bersama-sama untuk membentuk kalimat.
4. Semantik
Anak menggunakan kata-kata tertentu berdasarkan
kesamaan gerak, ukuran, dan bentuk.Misalnya, anak sudah mengetahui makna kata
jam. Awalnya anak hanya mengacu pada jam tangan orang tuanya, namun kemudian
dia memakai kata tersebut untuk semua jenis jam.
Performansi adalah kemampuan anak
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.Performansi terdiri dari dua proses,
yaitu proses pemahaman dan proses penerbitankalimat-kalimat. Proses pemahaman
melibatkan kemampuan mengamati ataumempersepsi kalimat-kalimat yang didengar,
sedangkan proses penerbitan melibatkankemampuan menghasilkan kalimat-kalimat
sendiri (Chaer 2003:167).
2.3 Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Pertama
Tahap-tahap pemerolehan bahasa yang dibahas dalam makalah ini
adalah tahap linguistik yang terdiri atas
beberapa tahap, yaitu (1) tahap pengocehan (babbling); (2)
tahap satu kata (holofrastis); (3) tahap dua
kata; (4)tahap menyerupai telegram (telegraphic speech).
1.
Vokalisasi Bunyi
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan
bunyi-bunyi dalam bentuk teriakan, rengekan, dekur.Bunyi yang dikeluarkan oleh
bayi mirip dengan bunyi konsonan atau vokal.Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum
dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas.Setelah tahap vokalisasi, bayi mulai mengoceh (babling).
Celoteh merupakan
ujaran yang memiliki suku kata tunggal seperti mu dan da.Adapun umur si bayi mengoceh tak dapat ditentukan
dengan pasti. Mar’at (2005:43) menyebutkan bahwa tahap ocehan ini terjadi pada
usia antara 5 dan 6 bulan. Misalnya, papapa mamama
bababa…
2.
Tahap Satu-Kata atau Holofrastis
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12
dan 18 bulan.Ujaran-ujaran yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak
untuk mengacu pada benda-benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula
seorang anak mulai menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna
yang sama. Misalnya
“mam” (Saya minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama
ada di sini).
3.
Tahap Dua-Kata, Satu Frase
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia 18-20
bulan.Ujaran-ujaran yang terdiri atas dua kata mulai muncul seperti mama
mam dan papa ikut.Pada tahap ini pula anak sudah mulai berpikir secara “subjek
+ predikat” meskipun hubungan-hubungan seperti infleksi, kata ganti orang dan
jamak belum dapat digunakan.Dalam pikiran anak itu, subjek + predikat dapat
terdiri atas kata benda + kata benda, seperti “Ani mainan” yang berarti “Ani
sedang bermain dengan mainan”.
4.
Ujaran Telegrafis
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan
ujaran kata-ganda (multiple-word utterances) atau disebut juga ujaran
telegrafis. Anak juga sudah mampu membentuk kalimat dan mengurutkan
bentuk-bentuk itu dengan benar. Misal, Apa itu?
1.4 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi
Bahasa Pertama
A.
Faktor internal
1)
Perkembangan Kognisi
Kognisi anak
berkembang minimal dalam tiga hal, yaitu :
Ø Dalam
pemerolehan makna sebelum bunyi
Ø Pemerolehan waktu, ruang, modalitas dan
hubungan sebab akibat
Ø Adanya gerak
kognisi dari terbatas tiruan sesunguhnya dan gerak kreatif (oposisi) chomsky
menyatakan bahwa sejak lahir anak manusia dibekali dengan alat pemerolehan
bahasa (lad)
2)
Hipotesis Bawaan
Menurut Chomsky sebagian besar kemampuan berbahasa
manusia di tentukan oleh faktor genetiknya sejak lahir manusia di bekali dengan
alat perkembangan bahasa yang sering disikat dengan LAD.
3)
IQ Dan Pemerolehan Bahasa
Dalam kaitan
antara IQ dan pemerolehan bahasa Gadner (1983) dalam bradja (1994) mengatakanIQ seseorang dibagikan kedalam:
Ø Intelengensi
kebahasaan.
Ø Intelengensi
berpikir secara logis dan matematis.
Ø Intelegensi
spasial (yaitu kemampuan untuk menemukan jalan pada suatulingkungan, Kemampuan untuk membentuk image mental dan realita dan
dengan cepat dapat ditransformasikan.
Ø
Intelegensi musikal (kemampuan
mengucapkan dan menerima nada dan pola irama tertentu
Ø
Intelegensi kinestik badani (gerakan
metorik yang anggun,ketangkasan dalam atletik seni tari.
Ø
Intelegensi interpesonal (kemampuan
memahami orang lain,bagaiman bertenggang rasa.
Ø
Intelegensi intrapersonal (kemampuan
mengadakan introspeksi,melihat dirinya sendiri,mengembangkan apa yang disebut
sense of identity)
B.
Faktor eksternal
1.
Lingkungan Social
Sebagaimana menjadi keyakinan dalam
dunia pendidikan,lingkungan sosial memiliki pengaruh yang besar dalam usaha
pendidikan anak.
2.
Kesempurnaan Masukan
Dalam hubunganya dengan kesempurnaan
masukan ini,Bradja(1990) mengemukakan: Lingkungan kawan sebaya dapat memiliki
pengaruh lebih besar dari pada orang tua(BI)dan guru(B2). Bahasa orang tua berpengaruh pada pemerolehan BI dan bahasa guru
berpengaruh pada pemerolehan BI.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Pemerolehan bahasa pertama
adalah proses penguasaan bahasa pertama oleh si anak. Selama penguasaan bahasa
pertama ini, terdapat dua proses yang terlibat, yaitu proses kompetensi dan
proses performansi. Kedua proses ini tentu saja diperoleh oleh anak secara
tidak sadar.
Pada
tahap kompetensi meliputi proses fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik. Dan ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama
memperoleh bahasa pertama. Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau holofrastis, tahap dua-kata, tahap dua-kata, ujaran
telegrafis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bahasa pertama anak
adalah: faktor internal yang meliputi perkembangan kognisi, hipotesis bawaan dan iq dan pemerolehan bahasa.
Sedang pada faktor eksternal meliputi lingkungan social, kesempurnaan
masukan.
3.2
SARAN
Saran yang ingin disampaikan penulis
adalah, Diharapkan makalah ini akan berguna bagi calon pendidik.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaer.Abdul.2015. Psikolinguistik:Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta
Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik:Kajian Teoretik. Jakarta:
Rineka Cipta.
https://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/
No comments:
Post a Comment