Wednesday, October 10, 2018

EKOLOGI KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN SEBAGAI KRITIK SASTRA FEMINISME

EKOLOGI KARYA SASTRA PARA SASTRAWAN LAMONGAN SEBAGAI KRITIK SASTRA FEMINISME
Kiki Astrea dan Anisa Ulfah
Universitas Islam Darul Ulum Lamongan
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini  di fakuskan penemuan (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme. Data dalam penelitian ini berupa data tentang (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.  Sumber data diperoleh dari dokumentasi dan wawancara.  Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan  dokumentasi dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik interaktif. Validasi data menggunakan triangulasi, baik triangulasi teori, data, dan metode. Hasil temuan penelitian diharapkan dapat dideskripsikan meliputi: (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.
Abstract
The purpose of this research was to find out (1) the ecological effect of literary works on culture (2) the ecological effect of literary works on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literary works on ecofeminism. The data in this study are in the form of data about (1) the ecological effect of literary works on cultural ecology (2) the ecological effect of literary work on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literature on ecofeminism. Data sources are obtained from documentation and interviews. The data collection techniques are carried out with documentation and interviews. Data analysis techniques use interactive techniques. Data validation uses triangulation, both triangulation of theories, data, and methods. The findings of the study are expected to be described include: (1) The ecological effects of literary works on cultural ecology (2) The ecological effects of literary works on literary criticism of feminism, and (3) the ecological influence of literary works on ecofeminism.
Kata Kunci : EKOLOGI , KRITIK SASTRA FEMINISME, KARYA SASTRA, dan    SASTRAWAN
PENDAHULUAN
Karya sastra adalah suatu bentuk tulisan yang indah dan bermanfaat bagi pembaca dan merupakan hasil kreativitas pengarang dalam mencermati realitas (Sutardi, 2011 :1-2). Pendapat lain mengatakan bahwa karya sastra tidak dapat lepas dari unsur pengarang, masyarakat, dan pembaca. Karya sastra dapat merupakan potret kehidupan masyarakat (Sariban, 2009: 7). Berkaitan dengan upaya memahami dan mengungkap hubungan pengarang dengan fakta dan realitas sosial,  imajinasi kreativitas pengarang, serta nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah teks karya sastra, dalam penelitian ini dipilih karya besar dari sastrawan Lamongan sebagai objek penelitian dengan menggunakan pendekatan ekologi sastra berwawasan feminism (ecofeminism). Pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh pengaruh ekologi yang mempengaruhi para sastrawan Lamongan yang terdapat dalam teks sastra. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengungkap kebesaran pengarang yang memiliki karakter dalam kepengarangannya dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.   Oleh karena itu, tugas dalam penelitian sastra tidak sekadar harus menafsirkan apa saja yang dipandang aneh dalam karya, melainkan harus memberikan penilaiaan pertanggungjawaban. Penelitian sebaiknya mampu memberikan evaluasi terhadap karya sastra sampai proses penciptaannya. Dari sini akan muncul pula karya sastra yang bermutu dan manakah karya sastra yang “kacangan” (Endraswara, 2006:11).
 Berkaitan dengan kualitas sebuah karya sastra Luckas menegaskan persoalan yang mendasar dari karya sastra modernis adalah hilangnya totalitas. Totalitas yang hilang membuat karya sastra modernis gagal dalam menciptakan tipe atau karakter. Sastrawan besar adalah seorang pengarang yang hasil karyanya berhasil melahirkan “karakter kemanusian” yang abadi. Tipe atau karakter yang dimaksud adalah suatu bentuk figuratif yang menunjukkan kualitas esensi pemikiran yang terdalam suatu zaman. Sastrawan yang hebat adalah pengarang yang mampu menghasilkan karya keturunan Homer, yaitu sastrawan yang mampu menggambarkan dunia alamiah mereka dan membagikan kekuatan pengalaman hidup, serta evolusi masyarakat tempat pengarang itu hidup (Anwar, 2010: 54).       
Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menafsirkan pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme yang ada dalam karya sastra sastrawan Lamongan terhadap pembaca serta budaya.
METODE PENELITIAN
         Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini adalah kualitatif deskriptif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannnya dengan konteks keberadaannya. Cara-cara itulah yang mendorong metode kualitatif dianggap sebagai multimetode sebab penelitian pada gilirannya melibatkan sejumlah besar gejala social yang relevan. Penelitian ini juga menggunakan metode analisis isi (Content analysis). Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kritik sastra feminis.
TEORI DAN PEMBAHASAN
         Karya sastra sebagai sebuah kreativitas memiliki pola-pola yang dianggap oleh masyarakat sebagai sistem. Pada kaitan ini,  Teeuw (1983:2) mengungkapkan bahwa sastra berada di antara ‘inovasi dan konvensi’. Inovasi dari karya sastra terletak pada hasil kreativitas pengarang dalam memahami realitas sebagai fenomena. Adapun konvensi terletak pada hakikat yang melekat pada karya sastra dengan adanya sistem yang melingkarinya. Seorang menulis karya sastra akan terikat pada karya-karya terduhulunya yang telah diyakini oleh masyarakat sebagai sastra sembari memunculkan beberapa inovasi-inovasi, baik pada isi maupun bentuk. Adanya pola-pola di dalam karya sastra yang menjadikan munculnya studi sastra untuk memahami secara menyeluruh dengan adanya sifat-sifat yang melekat. Cara paling mudah untuk memahami yang tergolong sastra dan bukan sastra, yakni dengan membedakan pada sisi bahasa yang digunakan. Karya sastra selalu menggunakan bahasa sebagai medium untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Dalam praktiknya, ada perbedaan antara bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan di dalam karya sastra. 
           Bahasa sehari-hari lebih digunakan untuk menjalin berkomunikasi, sedangkan bahasa di dalam sastra sebagai sistem tanda yang memiliki unsur saling terikat. Manusia menggunakan bahasa dalam rutinitasnya untuk menjadikan kesamaan persepsi dengan orang lain: antara harapan, keinginan dan pengetahuan tersampaikan melalui bahasa yang digunakan berdasarkan kesepakatan kebahasaan. Bahasa di dalam sastra mewujud tidak dalam kerangka itu, melainkan sebagai tanda berdasarkan kecermatan pengarang dalam memahami gejala sosial. Bahasa di dalam sastra sengaja dibuat lebih mengharukan dan menimbulkan suasana tertentu yang disesuikan dengan makna yang akan disampaikan. Selain itu, bahasa sastra cenderung ambiguitas dan homonim, serta memunculkan asosiasi dengan sangat konotatif ( Wellek dan  Warren, 1993:15). Cara-cara ini dimaksudkan untuk mewujudkan hubungan yang berimbang antara etika dan estetika di dalam sastra sehingga sering dikatakan bahwa bahasa sastra ditulis dengan penuh kesadaran karena setiap kata yang tertera memiliki makna tersendiri. Hal ini sangat berbeda dengan bahasa sehari-hari yang muncul untuk mencari persepsi yang sama, yang muncul tidak dalam kerangka kesadaran, tapi yang terpenting terwujudnya kesamaan persepsi itu sendiri.
Ekologi Sastra
       Istilah Ekologi sastra berangkat dari pemahaman istilah  Ekologi merupakan bentukan dari kata oikos dan logos. Dalam bahasa Yunani oikos berarti rumah-tempat tinggal: tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara, dan matahari. Ekologi lebih bisa dipahami sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antarmanusia dan lingkungan hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam, bersifat multidisipliner (Yuwana, 1:2016). Ekologi sastra dapat diartikan sebagai kajian ilmiah tentang hubungan antara karya sastra dengan lingkungan (ecology) yang mempengaruhi karya sastra tersebut. Pengaruh sebuah lingkungan dimana pengarang itu berada adalah suata permasalahan yang wajar. Oleh karena, pengarang akan selalu dipengaruhi oleh subyek kolektif di mana pengarang itu hidup dalam suatu lingkungan. Baik lingkungan budaya, politik, system social, ekonomi dan lain sebagainnya.
Ecofeminisme
           Konstruksi pemikiran ekologi feminism berangkat dari terminology ecofeminism dimunculkan oleh francoise d’Eaubonne dalam sebuah bukunya yang berjudul (feminism dan kematian). Buku yang mengupas tentang perempuan dan  persoalan ekologi dikaiatkan secara multidimensional (Yuwana, 2016:168). Gerakan feminism dan ekologi mempunyai tujuan yang saling memperkuat. Keduanya hendak membangun pandangan terhadap dunia dan praktiknya yang tidak berdasarkan dominasi tertentu.
Feminisme lahir dengan tujuan mencari keseimbangan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan lahirnya gerakan feminisme ini, masyarakat mulai terbuka dan sadar akan kedudukan perempuan yang selama ini inferior. Gerakan feminisme barat yang diwarnai oleh tuntutan kebebasan dan persamaan hak  agar para perempuan dapat menyamai laki-laki dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan kekuasaan politik. Kini telah banyak perempuan yang masuk ke dunia maskulin dan berkiprah bersama-sama laki-laki. Oleh karena itu, banyak orang awam melabel feminisme dengan negatif. Kata feminis selalu dilekatkan dengan berbagai stereotipe negatif, misalnya perempuan yang dominan, menuntut, galak, mencari masalah, berpenampilan buruk, tidak menyukai laki-laki, lesbian, perawan tua (lajang), sesat, sekuler, dan sebagainya (Fakih, 2005:74). Label negatif ini tidak hanya diberikan oleh laki-laki, namun juga kaum perempuan sendiri yang kurang berwawasan.
Kritik Sastra Feminisme
          Kritik sastra feminis adalah sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya sastra dan kehidupan manusia. Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan teori feminisme dalam menginterpretasi dan memberikan evaluasi terhadap karya sastra (Wiyatmi, 2012 : 1). Menurut Endraswara (2013 :149) untuk meneliti karya sastra dari aspek feminis, peneliti perlu membaca teks sebagai wanita (reading as woman) dalam istilah Culler. Lebih jauh, konsep yang ditawarkan Culler itu pada dasarnya dapat dimasukkan ke dalam kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, atau kritik tentang perempuan, juga bukanlah kritik tentang pengarang perempuan. Arti sederhana yang dikandungnya ialah pengkritik memandang sastra dengan kesadaran khusus, kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang banyak berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan (Sugihastuti dan Suharto, 2015:19). Untuk menjelaskan kritik sastra, ia mengibaratkan sebagai sebuah metofora quilt yang dibangun dan dibentuk dari potongan-potongan kain yang lembut. Metofora ini dapat dikenakan sebagai metafora pengertian kritik sastra feminis. Kritik sastra feminis diibaratkan sebagai alas yang kuat untuk menyatukan pendirian bahwa seorang perempuan dapat secara sadar membaca karya sastra sebagai perempuan.
HASIL PENELITIAN
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap Budaya.
Teks sastra yang menunjukkan keterpengaruhan ekologi karya sastra terhadap budaya tampak pada karya A. Zaini dalam kumpulan Novel Mahar Cinta Berair . Menceritakan bagaimana seorang gadis merasa tidak mendapatkan keadilan cinta dengan laki-laki pujaan. Ia harus terpaksa memendam rasa cinta atas ketidakadilan persepsi perempuan di masyarakat.
“Baiklah, Bu. Saya akan memakai kemeja putih ini, tetapi ada syaratnya,” kata Royyan.
“Apapun syaratnya akan saya turuti,”Sanggup Leni.
“setelah saya memakai baju putih ini, saya harap bu Leni tidak membuka-buka lagi peristiwa yang telah lewat. Bu Leni jangan mengungkit lagi.....” (Zaini, MHCBM:106)
Begitu juga dalam kumpulan puisi sungai asal karya Pringgo HR. Yang berjudul Wanita, dalam puisi ini mendiskripsikan bagaimana sebenarnya perempuan perkasa itu, pengaruh nilai budaya Jawa, Ajaran Agama, dan roman klasik sebagi daya ungkap oleh penulis.
“ Apa yang harus kukata tentang wanita
Kecuali hawa, hajjar, masyitoh, khotijah, aisyah,
Fatimah, rabiah, cleopatra
Madam curie, kartini,
Fatmawati yang menjahit bendera
Atau ibu dan istri yang menjahit harihariku” (Pringgo HR. SA.:44)
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme.
Teks sastra yang memengaruhi kritik sastra feminisme tertuang pada puisi karya Pringggo HR (46:2007) yang berjudul Elisa, dalam teks ini wanita digambarkan sebagai mahluk yang lemah yang harus dijagai lelakinya serta disajikan apa yang menjadi keinginannya. Dalam kehidupan nyata, wanita memiliki postur yang lebih kecil daripada seorang laki laki, namun dalam segi prestasi serta menjaga diri tidak bisa dipandang sebelah mata lagi.
Elisa
Yang kujagai di setiap tidurku
Aku bergelantung pada gegaring ranting
Untuk kuldi yang kau mita
Meski aku sadar,
Kita akan terusir dari tempat ini
Adat tak memboleh memetik bahkan memakannya
Itu buah keramat
Seperti adam
 Luka pertama
Tapi kesetiaan yang tak pernah sia sia
Kepada hawa
Elisa, kutukan yang membuat kita terbuang
Telanjang
Kita tutupi dengan lembar daun kering
Yang rontok dari sisa kecupan angin
Di kemarau ini
Tak usah sesal menubi rasamu
nikmati saja seperti jarum waktu yang berdetak
perlahan memutar hari hari
merasai setiap pori pori keringat
cintakasih
dan membikininya abadi
 luka pertama
  mereka
karena kesetiaan kita yang tak pernah sia sia
(sukodadi, 20 feb 2005)
Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme.
Teks sastra yang menunjukkan pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme tertuang dalam novel (dazedlove-Rodli, 29:2006). Dalam teks ini menunjukkan bahwa cewek (wanita remaja) akan berbaik hati itu tandanya sudah terperangkap pada sikap romantis seorang laki-laki. Yang artinya si cewek sudah mulai jatuh cinta. Hal ini sering terjadi dalam kehidupan nyata, yaitu seorang wanita yang sedang jatuh cinta akan bersikap baik kepada orang yang dicintainya.
“im sorry, lupa aku. Aku tadi malam capek ketiduran gak sempat buat telur mata kerbau. Juga gara-gara aku ingat apa yang kamu ungkap. Cewek yang sedang berbaik hati pada kamu itu tandanya sudah masuk dalam perangkat romantisnya kamu”
“mati aku, bisa bisa aku di plonco sama panitia. Ah, Hima jangan bergurau!”
“bukankah yang kamu ungkapkan tadi malam itu serius? Aku juga serius dong biar balance. Kan kasihan kalau Rota bersikap srius kemudian aku tanggapi dengan main-main, ya kan?”
Teks lain juga muncul dalam karya sastra karya (Sariban, PT;3). Teks tersebut menggambarkan seorang wanita yang suka memakai perhiasan untuk memamerkannya kepada orang lain. Selain digambarkan didalam teks sastra, fenomena ini juga muncul dalam kehidupan sehari-hari.
“Mungkin juga karena lantaran leher sang istri itu menyebabkan ptak istri kepala desa berpikir keruh. Apalagi didukung pemandangan saat arisan dikecamatan. Hampir semua istri kepala desa menyelipkan emas disekujur tubuhnya....”
SIMPULAN
Berdasarkan temuan dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian terhadap karya sastra yang ditulis oleh sastrawan Lamongan  yang bermuatan ecofeminism dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, (1) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap ekologi Budaya (2) Pengaruh ekologi karya sastra terhadap kritik sastra feminisme, dan (3) pengaruh ekologi karya sastra terhadap ecofeminisme. Temuan  tersebut muncul dikarenakan tema-tema karya sastra yang ditulis sastrawan Lamongan syarat memberikan pengaruh penulis terhadap penggolongan ecofemenism.
DAFTAR PUSTAKA
Abrams, M.H. 1981. The Mirror and The Lamp. Oxford: Oxford University Press.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra: Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS.
Fakih, Mansour. 2013. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Harmaji.2007: Sungai Asal (antologi sajak). Pustaka Pujangga; Lamongan
Murtadho, Rodhi.2004. Kembang Sepatu. (antologi cerpen). Pustaka Ilalang. Lamongan
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Sastra dan Cultural Studies: Representasi Fiksi dan Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______________. 2015. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rodli, TL. 2006. Dazedlove (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan
Sariban. 2009. Teori dan Penerapan Penelitian Sastra. Surabaya: Lentera Cendikia.
Sariban, 2001. Parade Topeng (Antologi Cerpen). FKIP Unisda Lamongan
Sugihastuti dan Suharto. 2015. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutardi. 2011. Apresiasi Sastra: Teori, Aplikasi, dan Pembelajarannya. Lamongan: Pustaka Ilalang.
Wiyatmi. 2012. Kritik Sastra Feminis: Teori dan Aplikasinya dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Ombak
Wardani, Nugraheni Eko. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta: UNS Press.
Yuwana Sudikan, Setya. 2001. Metode Penelitian Sastra Lisan. Surabaya: Citra Wacana
Yuwana Sudikan, Setya. 2016. Ekologi Sastra. Surabaya:Pustaka Ilalang.
Zaini. A. 2015. Mahar Cinta Berair Mata (novel). Pustaka Ilalang, Lamongan

No comments:

Post a Comment